e2consulting.co.id – Pada artikel sebelumnya (baca : Peta Jalan Operator Selular ) telah diulas bagaimana kondisi para operator selular saling bersaing sengit untuk memenangkan persaingan bisnis yang awalnya hanya bersaing di percakapan telepon (voice) dan SMS kini juga bersaing dilayanan data.
Ditengah ketidakpastian bisnis masa depan, muncul harapan baru dengan kehadiran teknologi dan layanan 5G. Teknologi 5G memberikan kecepatan layanan yang jauh lebih cepat dari 4G dan latency yang sangat singkat serta jumlah pengguna bersama yang sangat banyak dalam sebuah BTS. Berbagai layanan ditawarkan seperti internet ultra broadband, IoT, gaming, connected car, health care, dll, menyebabkan terbuka peluang bisnis baru bagi Operator Selular. Layanan yang selama ini didominasi layanan percakapan telepon dan Data (connectivity) telah berkembang di berbagai sektor, seperti layanan B2B (Business to Business), B2G (Business to Government) dan B2C (Business to Consumers). Bagaimana Operator Selular mampu menjawab berbagai kebutuhan solusi tersebut, sementara saat ini kompetensi teknis mereka umumnya di bidang teknik telekomunikasi, IT, sales dan marketing? Operator Selular dituntut untuk memahami kebutuhan baru pelanggan, antara lain :
1.B2B : Perusahaan atau korporasi saat ini galau dengan adanya ancaman disrupsi dari mana-mana. Mereka mau bertransformasi menjadi digital company, mengeksplorasi bisnis baru, sambil memperbaiki performansi bisnis jangka pendek. Disinilah peran Operator Selular diperlukan bantuannya dalam hal digital sales & marketing, production atau operation dan dibidang administrasi (enterprise services), bahkan termasuk pengelolaan big-data.
- B2G : Pemerintah Pusat (Kementerian), Instansi/Lembaga pusat dan PEMDA membutuhkan bantuan Operator Selular dalam mengembangkan layanan smart-city dan e-Government. Sampai saat ini belum ada PEMDA yang memiliki aplikasi smart-city yang memadai. Demikian pula smart air-port ataupun smart-seaport belum ada di Indonesia. Peluang lainnya adalah pembuatan aplikasi e-Government, misalnya e-Health atau e-Education untuk mensejahterakan masyarakat bangsa Indonesia.
- B2C : Operator Selular sangat jauh tertinggal dalam mengembangkan aplikasi layanan pribadi (Personal Services). Para pengusaha start-up sangat agresif untuk mengembangkan berbagai layanan yang mempermudah kehidupan pribadi, dengan membangun ekosistem bisnis yang menghubungkan para pihak melalui platform technology. Jutaan aplikasi tertanam di dalam operating system gadget Android maupun i-OS, dan sebagian ada yang berhasil menjadi unicorn company, namun banyak pula yang gagal. Sampai saat ini, belum terdengar khabar tentang keberhasilan Operator Selular dalam bisnis aplikasi. Namun demikian, Operator Selular tetap harus mengembangkan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, misalnya aplikasi pertanian, nelayan, aplikasi kesehatan masyarakat dan pendidikan. Untuk pengembangan konten unggulan Indonesia, perlu kolaborasi antar Operator Selular dengan media TV serta production house.
Bagaimana Operator Selular harus memulainya? Mereka harus mencanangkan tujuan jangka panjang berikut goals yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan yang ambisius dan menantang tersebut, perlu dilakukan transformasi bisnis dari telco provider menjadi solution provider. Beberapa perusahaan telekomunikasi telah bertransformasi menjadi perusahaan e-Commerce, misalnya Softbank dan SK Telecom. Sebaliknya, Rakuten yang tadinya perusahaan e-Commerce, telah memperluas cakupan bisnisnya menjadi Operator Selular. Semua ini dilakukan untuk memperluas pasar dan akses ke pelanggan. Teknologi dan layanan 5G telah membawa model bisnis baru, yang membutuhkan service level yang sangat tinggi. Operator Selular dituntut untuk mampu menyediakan Jaringan Selular khusus untuk pelanggan tertentu yang disebut dengan Network Slicing atau NFV (Network Function Virtualization). Layanan Jaringan yang terpisah atau khusus ini untuk memastikan kontinuitas dan kualitas layanan yang bermutu tinggi. Operator Selular ikut bertanggungjawab atas kelancaran operasional bisnis pelanggannya.
Operator Selular memerlukan perubahan budaya untuk mememenuhi kebutuhan pasar dan tata kelola baru pelayanan kepada pelanggan, khususnya untuk pelanggan korporasi. Setiap karyawan dituntut untuk memiliki sikap agile, proaktif dan mampu berkolaborasi dalam bekerja, tidak lagi berbasis hirarki atau pangkat. Demikian pula perlu dibangun budaya inovasi yang mendorong setiap individu mengembangkan solusi bisnis sesuai dengan perannya, melakukan kolaborasi dengan Vendor dan pelanggan. Yang tidak kalah penting adalah memberi kesempatan lebih banyak kepada generasi millennial dan generasi Z dalam berkreativitas.
Disamping membangun budaya baru, hal yang sangat penting dilakukan adalah mengembangkan kompetensi, baik kompetensi teknis, soft-skills dan digital khususnya bagi karyawan yang terpilih untuk membangun solusi bisnis. Pengembangan kompetensi teknis antara lain cloud computing, Internet of Things (IoT), Artificial Intelligent (AI), Big data atau data analytics, robot, drone, 3D printing, bitcoin atau crypto currency. Demikian pula kompetensi di bidang aplikasi bisnis seperti Fintech dan Insurtech.
Tantangan Operator Selular sangat besar dan sejumlah program harus dijalankan secara konsisten dan terukur. Keberhasilan Operator Selular sangat tergantung kepada keinginan yang kuat dari manajemen puncak untuk melakukan transformasi, khususnya menjalankan program transformasi menuju digital company. [lumumba sirait]