e2consulting.co.id – Pandemi Covid-19 telah merubah gaya hidup manusia yakni beradaptasi terhadap kebiasaan baru atau new normal. Kehidupan new normal antara lain adalah bekerja dan berinteraksi dari rumah, seperti berbelanja kebutuhan pokok dan sekunder secara online. Akibatnya, pengantaran paket bertumbuh pesat, demikian pula usaha jasa hantaran (last mile delivery) pun berkembang. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan bisnis global maka kegiatan bisnis supply chain management pun bertumbuh pesat. Perusahaan transportation & logistics global menguasai pengiriman barang melalui kapal laut, udara maupun darat. Perusahaan transportasi dalam negeri baru terbatas menguasai pasar dalam negeri saja.
Tuntutan pelanggan yang semakin tinggi menjadi pendorong utama bagi para pelaku industri untuk memberikan layanan yang lebih baik , delivery time yang lebih cepat dan harga yang lebih murah. Tantangan ini dijawab dengan menerapkan solusi Industry 4.0 pada kegiatan produksi. Misalnya, pada saat persiapan produksi barang, layout pabrik dan proses produksi dirancang di dalam software program kerja yang terintegrasi. Sesama mesin dibuat berkomunikasi sehingga pabrik mampu menghasilkan produk berkualitas dan bersifat khusus (customized). Demikian pula proses barang jadi untuk didistribusikan hingga delivery kepada pelanggan dikelola melalui software aplikasi supply chain management. Kembali, teknologi digital berperan penting dalam bisnis supply chain management, yang mencakup proses penyediaan bahan baku, produksi, distribusi hingga delivery ke pelanggan.
Digital supply chain merupakan penerapan teknologi digital dalam setiap tahapan pekerjaan, yang didasarkan kepada jaringan Internet sebagai tulang punggung sehingga setiap alat kerja mampu berkomunikasi dan menghasilkan data-data penting yang akan diolah menjadi informasi. Dengan menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) berbagai data dikumpulkan dari sensor pengawas yang memonitor seluruh tahapan business value chain, untuk diolah dan dianalis oleh data analytics.
Tantangan utama dari bisnis supply chain management adalah memenuhi delivery time untuk mendukung proses produksi barang, khususnya untuk pabrik yang berbasis Industry 4.0. Kegiatan produksi diprogram per batch sesuai dengan order yang bersifat customized (bukan mass-production) sehingga diperlukan ketersediaan bahan baku yang berasal dari global supply untuk datang tepat waktu (just in time supply) dan berkualitas. Misalnya produksi mobil berbasis Industry 4.0 membutuhkan berbagai komponen dari berbagai pemasok di seluruh dunia. Perusahaan transportation & logistics harus mampu mengikuti pola permintaan pabrik mobil dalam hal time delivery dan pengawasan barang selama dalam pengiriman serta terintegrasi dalam aplikasi sistem produksi mobil.
Tantangan kedua adalah mengirimkan barang dari pabrik ke gudang distribusi atau ke gudang perusahaan e-Commerce seperti gudang Lazada, Tokopedia dan Bukalapak. Atau pengiriman barang langsung dari pabrik ke pelanggan melalui direct-selling. Pengiriman barang ke gudang dapat melalui truck, kereta api, kapal laut, maupun pesawat udara, tergantung urgensi pengiriman barang. Biaya pengiriman menjadi sangat penting dikelola agar barang dapat dijual dengan harga yang kompetitif. Perusahaan transportation & logistics telah mengembangkan aplikasi Transport Management System (TMS) yang digunakan untuk mengelola pengiriman bahan baku atau barang jadi, yakni meliputi tracking system dan goods-monitoring.
Tantangan ketiga adalah warehousing management yakni mengelola barang masuk dan barang keluar gudang secara efektif dan efisien. Dengan aplikasi Warehousing Management System (WMS) pengiriman barang dapat dikelola berbasis program kerja yang disusun sedemikian rupa sehingga roda berjalan atau mesin penghantar barang serta robot bekerja secara sinkron dengan algoritma yang paling optimal. Demikian pula pada saat pengeluaran barang ke distributor atau pelanggan, berjalan secara cepat dan akurat. Pengelolaan gudang cerdas ini terutama terlihat hasilnya pada waktu peak-seasons (Harbolnas, Lebaran, Akhir Tahun).
Tantangan terakhir adalah last miles delivery, yakni pengiriman akhir ke pelanggan. Pengiriman dilakukan melalui kurir (orang) dengan mengendarai mobil, motor atau sepeda. Pelanggan berada di berbagai pelosok negeri, terkadang sulit untuk dijangkau, atau tidak berada di rumah pada saat barang tiba. Last mile delivery sudah teruji di Indonesia dengan kehadiran Gojek dan Grab serta perusahaan kurir lokal (kota). Dengan menggunakan aplikasi TMS, penghantaran barang dapat dilacak keberadaannya.
Teknologi menjadi kata kunci dalam supply chain management. Disamping aplikasi TMS dan WMS, berbagai teknologi baru digunakan dalam transportation & logistics dan warehousing. Dalam bidang transport, teknologi yang sedang berkembang pesat adalah penggunaan truk tanpa pengemudi (autonomous truck) dan drone untuk last miles delivery. Dibidang Warehousing adalah penggunaan sistem ban berjalan cardas, Internet of Things (IoT), robot dan Augmented Reality (AR), yang mempermudah pengelolaan gudang. Demikian pula aplikasi terpadu yang menghubungkan TMS dan WMS serta kegiatan pendukung lainnya, akan menghasilkan data-analytics yang mampu menyajikan berbagai jenis informasi supply chain management, baik yang bersifat descriptive (what happened?), diagnostics (why did it happened?), predictive (what will happened?) maupun prescriptive (what should I do).
Tantangan usaha supply chain management di Indonesia adalah kegiatan bisnis pelaku usaha masih relatif kecil dan terbatas hanya untuk kegiatan tertentu saja, misalnya sebagai perusahaan transportasi, pergudangan atau last mile delivery saja. Namun berbagai perusahaan transportasi udara seperti Lion Air dan Garuda sudah mulai merambah bisnis pengiriman paket atau last mile delivery. Demikian pula perusahaan e-Commerce seperti Tokopedia, Bukalapak dan Lazada menjadi warehouse bagi pabrikan barang-barang fast moving. Belum terlihat kiprah perusahaan menengah dan kecil yang bergerak di bidang transportasi dalam mengantisipasi perkembangan digital supply chain management. Dikhawatirkan mereka hanya sebagai pengangkut barang saja, tanpa mendapat nilai tambah yang berarti. Hal ini menjadi peluang besar bagi start-up untuk menggandeng perusahaan transportasi di seluruh Indonesia, penyedia gudang dan perusahaan last mile delivery di berbagai kota untuk bergabung dalam ekosistem digital supply chain management. Semoga!