e2consulting.co.id – Ditengah pandemi Covid-19, bank pada umumnya menderita karena lesunya kegiatan usaha. Sehabis hujan ada pelangi, bank harus bangkit menatap masa depan, khususnya untuk menuju Indonesia emas 2045. Bank perlu menyusun strategi bisnis untuk 5 tahun ke depan, bagaimana kompetisi pasar akan dihadapi, layanan apa yang akan dikembangkan dan berapa nilai perusahaan yang akan dicapai. Dengan melihat kondisi bank saat ini dan harapan jangka panjang, terdapat jurang (gap) besar yang perlu dijembatani, artinya banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Semakin besar cita-cita yang diimpikan maka semakin besar upaya yang dibutuhkan untuk mewujudkannya. Perubahan yang berarti dapat diwujudkan melalui program transformasi, khususnya transformasi digital. Terdapat 3 ciri dari pelaksanaan transformasi digital, yakni customer centrics, business excellent dan business model yang sesuai dengan harapan pelanggan. Customer centric dapat diwujudkan melalui pemberian layanan perbankan yang beragam sesuai dengan profil pelanggan, mudah dan menyenangkan. Excellent operation dicapai melalui layanan offline maupun self-service yang bermutu tinggi, proses cepat, aman dan dapat diakses dari mana saja. Sementara Business model adalah cara bank menghasilkan revenue atau monetized transaksi dengan berbagai cara yang sesuai dengan jenis layanan dan profil pelanggan.
Melakukan perubahan yang berarti atau transformasi tidak mudah, perlu sumber daya yang besar, komitmen dari semua stakeholder dan dijalankan secara serius serta berkesinambungan. Untuk itu, bank harus menyusun rencana kerja strategis yang hendak dicapai untuk 5 tahun kedepan, yang diturunkan kedalam inisiatif yang harus dijalankan (strategic imperatives) dan diterjemahkan kedalam sejumlah program kerja transformasi jangka pendek, menengah hingga jangka panjang. Program kerja ini harus dijalankan secara sungguh-sungguh dan dibuat milestone pencapaiannya sehingga dapat dikendalikan secara efektif. Program kerja strategis tersebut dapat berupa pengembangan produk dan layanan baru, infrastruktur bisnis baru dan pelayanan pelanggan model baru. Disamping program kerja inti, dibutuhkan program kerja pendukung seperti pengembangan organisasi, kompetensi SDM dan budaya baru, pengembangan sistem komunikasi dan IT serta digitalisasi proses bisnis perusahaan. Perubahan yang besar ini membutuhkan sejumlah orang atau SDM yang kompeten dan biaya yang besar. Pemenuhan biaya ini dapat diperoleh dari internal bank, pemegang saham, pinjaman atau melalui penjualan saham ke pihak luar. Transformasi bukanlah pekerjaan yang mudah, banyak yang gagal karena sumber daya tidak mencukupi, tidak dijalankan secara konsisten serta tidak didukung oleh semua pihak.
Perjalanan transformasi digital perbankan nasional perlu ditinjau ulang apakah sudah menyasar pada tujuan 5 tahun ke depan, dimana kondisi pasar sudah pasti berubah jauh dari sekarang, khususnya dengan maraknya teknologi digital di bidang banking & financial services. Kita mengharapkan bank nasional dapat menjadi pemenang di dalam negeri dan mampu bersaing dengan bank asing serta fintech company. Apakah rencana perjalanan transformasi bank yang ada saat ini sudah benar-benar membawa perubahan yang berarti atau hanya perubahan kecil saja?
Apapun rencana perjalanan transformasi yang akan dijalankan, pasti membutuhkan SDM yang kompeten dan terkini, sesuai dengan kondisi perbankan dan financial services dimasa depan. Kompetensi SDM yang melayani nasabah bank tradisional perlu di re-skilling, agar memiliki kompetensi di berbagai bidang industri, teknologi digital disamping kompetensi dibidang banking & financial services. SDM perbankan harus mampu memahami bisnis dan proses bisnis dari kegiatan usaha nasabah dan gaya hidup individu, sehingga mampu memberikan bantuan atau solusi yang tepat bagi nasabah. Demikian pula SDM perbankan harus lebih kompeten dalam melakukan digital marketing & sales, untuk menyasar kaum millennial dan Z. Pemenuhan SDM di berbagai perusahaan untuk melaksanakan transformasi digital dilakukan melalui rekrutasi dari luar perusahaan, yang menjadi penggerak program transformasi digital. Sementara itu, SDM muda dari internal perusahaan diperbantukan untuk mendampingi para ahli sehingga terjadi transfer of knowledge/skills sertamenjadi pelaku bisnis digital. Sementara SDM senior yang sudah di-re-skilling akan menjadi mentor dalam menjalankan program kerja strategis tersebut. Disamping pengembangan kompetensi, yang perlu dilakukan adalah pengembangan budaya baru untuk meningkatkan engagement SDM dalam bekerja dan melayani nasabah lebih baik (customer centrics).
Hal kedua yang perlu dikembangkan adalah penggunaan teknologi digital dalam melayani pelanggan. Bank perlu memahami penggunaan teknologi Internet of Things (IoT), Cloud computing, Data analytics, Machine Learning dan AI (Artificial Intelligent), yang menjadi infrastruktur bisnis perbankan. Demikian pula mereka harus paham dengan Security Management dan Business Continuity Management (BCM), agar layanan berjalan aman terhadap penyusup (fraudster) dan senantiasa kontinu sepanjang tahun (24×7). Penguasaan teknologi ini dapat diperoleh melalui pembelian langsung atau melalui sewa. Berbagai layanan sewa Cloud computing ditawarkan, baik berupa Infrastructure as a Service (IaaS), Platform as a Service (PaaS) maupun Software as a Service (SaaS). Berbagai aplikasi software perbankan sudah tersedia dipasaran, cukup dengan sedikit kustomisasi sesuai dengan kebutuhan bank. Berbagai software aplikasi yang ada dipasaran seperti core banking, marketing and sales, customer operation, hingga pengelolaan keuangan, SDM dan administrasi. Disamping melayani produk sendiri, perbankan dituntut untuk terbuka bertransaksi dengan produk dan layanan dari phak lain. Hal ini dapat terwujud apabila bank membuka diri terhadap pihak lain melalui hubungan API (Application Programming Interfaces).
Hal ketiga yang perlu dibangun adalah proses bisnis yang sepenuhnya sudah berbasis digital, sehingga kegiatan transaksional dapat dilakukan oleh mesin. Kegiatan rutin dan berulang dapat dilayani melalui ATM, online atau mobile banking. Kehadiran SDM diperlukan untuk analisis dan pengambilan keputusan. Kedepan, kegiatan analisis kredit, jual beli saham, forex trading dan lain-lain akan digantikan oleh Machine Learning dan AI. Demikian pula pekerjaan administrasi, pengadaan, keuangan dan SDM pun sudah dapat diotomatisasi. Hal ini akan mempercepat pekerjaan, mengurangi human error dan menghasilkan data dari setiap transaksi.
Keberlangsungan hidup bank sangat ditentukan oleh inovasi produk dan layanan yang memenuhi harapan nasabah, khususnya para generasi millennial dan Z. Bank harus punya layanan nilai tambah atau unik yang berbeda dari bank lain. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan layanan yang kompetitif dan mampu bersaing dengan Fintech company. Waktunya sangat singkat, karena layanan fintech sudah semakin berkembang dan menjadi idola para kaum muda. Segera tentukan arah perjalanan bank ke depan dan menjalankan transformasi digital. Jika tidak, maka bank anda akan tamat riwayatnya!