e2consulting.co.id – Data telah menjadi new oil yang sangat berguna dalam pengelolaan suatu pekerjaan agar hasilnya lebih efektif dan efisien. Setiap physical asset memiliki bayangan digital asset yang menghasilkan data-data tentang apa yang dilakukan. Misalnya mesin pesawat terbang, turbin gas sebagai physical asset bekerja berputar untuk membangkitkan daya dorong pesawat. Turbin memiliki digital asset, antara lain data tentang rpm (rotasi per menit), temperatur, tekanan udara, konsumsi bahan bakar dan data-data penting lainnya, yang berguna untuk keselamatan penerbangan dan efisiensi penggunaan sumber daya. Data-data tersebut sebagian besar diolah menjadi informasi didalam pesawat dan hasilnya diputuskan oleh pilot/co-pilot, namun ada juga yang perlu diolah di darat oleh pusat pengendalian mesin pesawat. Pusat pengendalian mesin pesawat mengumpulkan data analytics yang menganalisis performansi mesin dan penggunaan bahan bakar. Salah satu maskapai penerbangan telah berhasil melakukan penghematan biaya hingga 5%.

Industry 4.0 menerapkan konsep digital twins yang menggunakan sensor Internet of Things (IoT) dalam setiap elemen produksi (mesin perkakas dan devices lainnya), untuk menghasilkan data-data yang penting dalam pengorganisasian dan pengawasan kerja serta untuk memastikan hasil kerja berkualitas. Setiap mesin atau devices diperlengkapi dengan sensor IoT yang mampu berkomunikasi dengan sesama mesin lainnya, antara lain melaporkan hasil pekerjaannya dan meminta informasi dari mesin lainnya. Hal ini akan menyebabkan semua mesin bekerja sinkron dan menghasilkan produk berkualitas dengan produktivitas yang tinggi. Sebagian sensor IoT merupakan sensor kritis (critical IoT sensors) dan sebagian lagi tidak terlalu kritis dan cukup melaporkan hasil pantauannya saja.

Critical IoT adalah penggunaan sensor IoT untuk kondisi khusus, yakni volume data sangat besar dan diproses secara cepat (latency sangat rendah) serta kehandalan (reliability) yang sangat tinggi. Kebutuhan ini antara lain untuk smart manufacturing, pengontrolan power system (smart grid), pengendalian Autonomous cars, Healthcare, Augmented/Virtual Reality, dan Online Gaming. Dalam industri perminyakan dan gas misalnya, penggunaan edge computing telah berhasil meningkatkan kemampuan mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah sehingga menghasilkan output kerja yang optimal. Edge controller melakukan monitoring automation fault reports dan secara otomatis mengirimkan drone yang diperlengkapi dengan camera video ke lokasi terjadinya gangguan. Petugas maintenance memantau video situasi lapangan sehingga meningkatkan kemampuan mereka menganalisis penyebab gangguan, sebelum berangkat ke lapangan untuk memperbaikinya.

Edge computing ecosystem cukup rumit dan memerlukan pemahaman yang terintegrasi antara Telecommunication Network, IT hardware and software dan aplikasi serta kebutuhan spesifik dari industri. Terdapat tujuh tingkat (stack) pengelolaan edge computing yakni : service, applications development, application deployment and enablement platform, software infrastructure, hardware infrastructure, connectivity dan site. Untuk memahami lebih jelas tentang hal ini kita mulai dari bawah, yakni penjelasan tentang site. Sesuai dengan kebutuhan, penempatan Site dapat berada di lokasi pelanggan, Remote Network Edge (misalnya di kabinet di tepi jalan atau di lokasi BTS makro Operator Selular), Network Aggregation Sites (misalnya lokasi gedung Switching Centre Operator Telekomunikasi atau gedung public cloud lokal) dan Telco DC/Peering Co-location Sites (lokasi bersama dengan penyedia Hyperscale Cloud Provider). Penempatan di lokasi pelanggan (Customer/Enterprise Edge) khususnya untuk kebutuhan yang sangat kritis seperti pengendalian operasi di pabrik (Industry 4.0). Connectivity merupakan penyediaan koneksi IP berbasis fixed atau mobile untuk pembangunan edge computing. Hardware infrastructure merupakan penyediaan servers, routers, storage, cabling, rak dan lain-lain. Software infrastructure merupakan software yang diperlukan untuk mengoperasikan infrastruktur, virtualisasi layer dan Container as a Service. Disamping itu software infrastruktur berfungsi sebagai hardware management and orchestration untuk mendukung pelaksanaan perintah platform orchestration. Application deployment and enablement platform adalah platform as a service layer sebagai tempat mengembangkan aplikasi dan provisioning-nya. Application development merupakan software yang beroperasi diatas platform dan mengkonsumsi layanannya, baik untuk keperluan industri maupun untuk konsumer perorangan. Services merupakan consulting system integration for different layer (connectivity, application etc) dan solution lifecycle management.

Pengelolaan ketujuh layer tersebut diatas dilakukan para pihak sesuai dengan core competence mereka. Para pihak tersebut adalah vendor hardware, perusahaan platform, pengembang aplikasi, system integrator (SI), Operator Telekomunikasi, Hyperscale Cloud Provider (HCP) dan Operation Technology (OT). Saat ini Operator Telekomunikasi memiliki peran yang jelas yakni sebagai penyedia site dan connectivity. Namun lingkup kerja ini memiliki nilai tambah yang kecil. Operator Telekomunikasi Selular besar sebaiknya menentukan posisinya untuk cakupan yang lebih luas, khususnya dengan bekerja sama dengan Operation Technology dalam mengembangkan layanan edge computing di berbagai sektor industri. Saat ini para Operator Telekomunikasi sudah memahami kondisi lokal di negara masing-masing dan memberi solusi Business to Business (B2B), namun mereka perlu memahami industri lebih mendalam, khususnya tantangan yang dihadapi serta memberikan solusi digital untuk menjawab permasalahan masa kini dan masa depan.

Standarisasi layanan edge computing belum ada sampat saat ini. Berbagai pihak sedang menyusun standarisasinya antara lain Standarization Bodies (ETSI, TM Forum dan 3GPP), Open Sources foras (CNCF, LF Edge, ONAP, OpenStack dan Edge Computing Forum) dan Industry alliances (5G AA, AECC, 5GACIA, dan Industrial Internet Forum). Diharapkan para penyusun standarisasi ini dapat menghasilkan standarisasi yang terbuka dan mudah diintegrasikan serta tidak menjadi beban bagi pelaku industri.

Bagaimana dengan penggunaan edge computing di Indonesia? Cepat atau lambat, edge computing akan diterapkan disini, khususnya bagi perusahaan global yang memiliki jaringan operasi di seluruh dunia. Perusahaan global sudah bekerja berbasis cloud computing, dengan central operation control berada di Kantor Pusat. Sementara itu, local office/manufacturing dapat memiliki edge computing yang berada di lapangan atau di lokasi Operator Telekomunikasi atau perusahaan cloud computing lokal. Perusahaan besar di dalam negeri seperti Pertamina, Telkom, Astra Internasional dan perbankan, akan menggunakan cloud computing untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasinya. Tugas para pihak cukup berat, mulai dari menyiapkan site yang memiliki keamanan dan kehandalan layanan, sistem transmisi dan sistem pengamanan (physical dan electronic security) edge computing dan mengintegrasikan layanan dari berbagai sektor industri. Operator Telekomunikasi perlu mengambil inisiatif lebih cepat dengan menggandeng para pelaku industri terkait, sebelum perusahaan Hyperscale Cloud Provider mendahului mereka!