e2consulting.co.id – Menurut laporan World Economic Forum tahun 2015, harapan hidup sebuah perusahaan berkisar antara 40 sampai dengan 50 tahun. Hampir 50% perusahaan yang masuk daftar Fortune 500 mulai dari tahun 1999 telah hilang dari daftar dalam kurun waktu 10 tahun. Menurut penelitian Harvard Bussiness Review (HBR), usia rata-rata perusahaan U.S yang masuk dalam S&P 500 dalam 80 tahun terakhir telah berkurang dari 67 tahun menjadi 15 tahun. Di UK, 76% dari daftar perusahaan FTSE telah hilang dalam kurun waktu 30 tahun. Harapan usia perusahaan semakin menurun sehubungan dengan berkembangnya usaha start-up dan disrupsi bisnis yang terjadi di berbagai bidang usaha. Namun, terdapat beberapa perusahaan besar seperti Shell, Exxon, Unilever dan DuPont yang mampu bertahan lebih dari 100 tahun. Demikian pula di Jepang terdapat lebih dari 20.000 perusahaan yang berusia lebih dari 100 tahun, umumnya perusahaan keluarga yang melayani masyarakat lokal serta tidak semata-mata mengejar profit.
Dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang perusahaan Belanda DSM yang mampu bertahan lebih dari 100 tahun. Keberhasilan DSM telah menjadi pembelajaran berharga bagi korporasi dan dituliskan dalam berbagai buku, salah satunya buku From Coal to Biotech – The Transformation of DSM with Business School Support, oleh pengarang Jean Pierre Jeannet dan Hein Schreuder.
DSM berdiri pada tahun 1902, merupakan Badan Usaha Milik Pemerintah Belanda yang kemudian diprivatisasi. Bermula sebagai perusahaan tambang batubara yang secara bertahap mengembangkan industri kimia hingga tahun 1965. Pada tahun 1965-75, DSM melakukan transformasi pertama dari perusahaan tambang menjadi base chemicals. Dari tahun 1975-95 melakukan diversikasi dan ekspansi usaha. Dan terakhir pada tahun 1995-2010 melakukan transformasi kedua dari base chemicals to life sciences and material sciences. Evolusi produk mulai dari batubara, pupuk, petrokimia, hingga Performance Materials, Lifescience Products, and Biorenewable/Bio Medical/Nutrition.
Pelajaran apa yang diwariskan sebuah perusahaan yang mampu berkembang lebih dari 100 tahun dan pimpinan puncaknya sudah mengalami pergantian berkali-kali? Dari berbagai sumber yang kami peroleh, terdapat 4 hal pokok yang membuat DSM mampu bertahan yakni Inovasi yang terus menerus, menjaga kepuasan stakeholder, melakukan transformasi bisnis dan bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Bisnis.
Innovation : Manajemen DSM menyadari keterbatasan mereka dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar di bidang kimia. Untuk itu mereka senantiasa mengembangkan ceruk pasar yang kurang dilirik oleh perusahaan besar, namun dibutuhkan industri atau masyarakat. Kegiatan R&D merupakan core business yang menghasilkan berbagai produk atau derivatifnya. Perusahaan mengalokasikan anggaran R&D yang besar setiap tahunnya, besarannya disesuaikan dengan revenue. Organisasi R&D difasilitasi sedemikian rupa untuk mengembangkan produk dan inkubasi bisnisnya, sehingga produk baru siap dipasarkan dan mesin revenue untuk tahun-tahun mendatang. Disamping mengembangkan produk sendiri, pengembangan produk dihasilkan melalui Merger & Acquisition (M&A) perusahaan lain yang memiliki produk unggulan. DSM menganut konsep open innovations, yakni konsep inovasi terbuka dari luar perusahaan. Hal ini ditempuh karena keterbatasan kompetensi perusahaan, tidak mungkin DSM memiliki sumber daya terbaik di segala bidang.
Stakeholder Satisfaction : DSM memiliki filosofi usaha creating brighter lives for all, yang diterjemahkan ke bentuk penciptaan nilai bagi pelanggan, karyawan dan masyarakat banyak. DSM dikenal sebagai perusahaan yang memiliki tujuan yakni menciptakan nilai dalam tiga dimensi secara bersama-sama dimana kepentingan people, planet dan profit memiliki bobot yang sama. Para ahli peneliti dan inovasi senantiasa dituntut bekerja untuk menjawab tantangan terbesar peradaban manusia di dunia ini, mendukung pertumbuhan bisnis serta memberikan nilai kepada stakeholder, yakni pelanggan, karyawan dan pemegang saham serta masyarakat banyak.
Transformation Implementation : Untuk menjadi besar, berbagai langkah transformasi bisnis dilakukan seperti M&A, divestation dan pengembangan produk yang benar-benar baru. Pada transformasi tahap pertama, DSM baralih dari industri batubara menjadi industri kimia dan pada transformasi tahap dua dari industri kimia menjadi Life Sciences and Material Sciences. Transformasi tahap dua dilakukan pada tahun 2005 berdasarkan Corporate Strategy Vision 2010. Produk baru dikembangkan terdiri dari Life sciences dan Material Sciences. Produk Life Sciences terdiri dari Nutrition, Pharma, Innovations. Sementara produk Material Sciences terdiri dari Polymer Intermediates, Performance Material dan Innovation. Pada kurun waktu tahun 2000 -2005, produk Petro Bulk Chemicals masih menjadi produk unggulan, namun perannya semakin menurun hingga nol pada tahun 2012. Sementara produk Nutrition mulai dikembangkan pada tahun 2005. DSM bertransformasi dengan strategi program mencakup kepada 3 hal yakni Strategy, Organizations and Signal. Strategy mencakup peningkatan pendapatan dari kegiatan inovasi kurun waktu tahun 2005-10 sebesar 1 Miliar Euro. Hal ini dilakukan dengan konsep from building the machine to doubling the output. Pengembangan organisasi Innovation Centre dilakukan sesuai dengan fungsi bisnis yakni Teknologi, Regulatory, Business Incubation dan Produk Unggulan. Sementara Signal merupakan sistem pengukuran kinerja keberhasilan transformasi, yang mengukur 9 parameter innovation practice.
Business Supporting : Dalam menjalankan usahanya, DSM bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Bisnis IMD yang berpusat di Swiss. IMD membantu DSM dalam proses M&A, pengembangan marketing, SDM, khususnya dalam hal management and business skills. Kerjasama tersebut telah berlangsung selama 25 tahun dengan hasil yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Bagaimana dengan perusahaan di Indonesia, apakah sudah ada yang berusia diatas 100 tahun dan tetap berjaya? Ada beberapa perusahaan yang lahir di jaman penjajahan Belanda dan masih eksis hingga saat ini. Perusahaan tersebut antara lain BUMN Bank BRI, Mandiri, BNI, Telkom dan Pertamina serta beberapa perusahaan swasta seperti pabrik rokok. Beberapa perusahaan dalam negeri masih eksis namun pemiliknya sudah beralih ke asing. Apakah perusahaan dalam negeri akan mampu eksis 50 tahun ke depan? Agar perusahaan tetap eksis untuk jangka panjang, perusahaan harus senantiasa menantang dirinya untuk berubah serta menjalankan perubahan secara konsisten. Apakah perubahan dilakukan melalui M&A, pertumbuhan organik, atau bahkan melakukan eksplorasi bisnis baru. Pengelolaan bisnis baru tidak bisa dijalankan dengan cara biasa, hanya dengan cara luar biasa, yakni dengan melakukan transformasi bisnis. Hasilnya pun tidak bisa dipastikan sukses, jika tidak dijalankan secara sungguh-sungguh. Semoga perusahaan BUMN dan swasta nasional segera bangkit dan melakukan transformasi digital, jika tidak maka perusahaan nasional akan dilibas perusahaan global. Mari kita bertransformasi!