e2consulting.co.id – Pembahasan kita kali ini tentang Insurtech atau Insurance Technology yang hadir bersamaan dengan lahirnya Fintech. Insurtech lahir sebagai jawaban atas kekurangan dalam layanan asuransi. Kehadiran Insurtech di Indonesia belum segencar Fintech, namun kedepan akan semakin besar pasarnya, khususnya di bidang layanan asuransi umum (general insurance). Perusahaan asuransi nasional masih sibuk dengan business as usual, belum serius mempersiapkan diri menghadapi Insurtech, hanya perusahaan asuransi global yang sudah mengantisipasinya.

Layanan asuransi terdiri dari asuransi jiwa (Life insurance) dan asuransi umum (General Insurance). Asuransi jiwa adalah asuransi yang bertujuan menanggung orang terhadap kerugian finansial yang tak terduga yang disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama (Wikipedia). Asuransi jiwa adalah mitigasi risiko sehubungan dengan kematian atau hidup yang terlalu lama. Layanan asuransi jiwa dapat berupa perlindungan jiwa, kesehatan, investasi, pendidikan dan pensiun. Sementara layanan asuransi umum dapat berupa perlindungan kendaraan, perjalanan, rumah dan personal accident.

Prospek bisnis asuransi di Indonesia cukup besar, dimana diprediksi pertumbuhannya diatas 10 % pada tahun 2019. Namun pengelolaan asuransi di Indonesia belum sepenuhnya berjalan baik, hal ini dari berita yang muncul di media beberapa tahun terakhir ini. Ada perusahaan asuransi yang bangkrut seperti Bumi Asih Jaya, demikian pula ada yang sakit seperti Bumi Putra dan Jiwasraya. Namun sebaliknya, perusahaan asuransi global yang menjual asuransi jiwa seperti Allianz, AIA, AXA Mandiri, Avrist, Cigna, Generali, Manulife, Prudential dan Zurich berjaya di tanah air. Mereka menghasilkan penjualan yang besar setiap tahunnya berkat tenaga pemasaran atau agen yang diberi insentif yang menggiurkan. Para agen asuransi sangat aktif menjaring calon pemegang polis di kota-kota besar. Masyarakat pada umumnya membeli asuransi jiwa melalui agen.  Penjualan asuransi jiwa ini tentunya didukung oleh produk yang menarik dan harga yang terjangkau. Perusahaan asuransi jiwa nasional belum sehebat perusahaan global. Mereka antara lain adalah Sinar Mas, BCA Life, Astra Life, BRI Life, Mandiri Life, BNI Life, Jiwasraya dan Bumiputra. Paket yang ditawarkan masih kalah menarik demikian pula tenaga pemasarannya tidak sekuat perusahaan asuransi global.

Layanan asuransi umum dikelola oleh swasta asing, swasta dalam negeri dan BUMN. Perusahaan tersebut antara lain BCA Insurance, Zurich, Tokio Marine dan Jasindo. Saat ini sudah berkembang pula layanan asuransi umum yang bersifat online purchasing, dimana calon pemegang polis membeli langsung asuransi ke perusahaan asuransi umum tanpa melibatkan agen. Beberapa perusahaan yang menjual asuransi online adalah AXA Direct, FWD, Zurich, Jaga diri, Portal komparasi keuangan, Tokopedia Asuransi, Cermati, CekAja, Pasar Polis, Raja premi dan Atur Duit. Pembelian asuransi online ini pada umumnya berupa asuransi perjalanan.

Perusahaan asuransi global pada umumnya sudah melakukan transformasi digital secara bertahap, dimulai dengan penyediaan layanan online, baik melalui web based dan mobile apps, namun pada umumnya hanya untuk pelayanan pelanggan dan check status polis asuransi. Demikian pula asuransi sudah memberikan kartu yang dapat dipergunakan untuk rawat inap. Namun hubungan asuransi dengan pemegang polis sangat terbatas, pelanggan hanya dilayani oleh agen pada saat pembelian polis, dan selebihnya dilayani oleh petugas call-centre, sehingga sulit mengharapkan moment of truth dalam pelayanan sehari-hari.

Insurtech bekerja berkat teknologi DNA (Device, Network & Applications) yang menghubungkan pelanggan ke aplikasi asuransi. Kehadiran jaringan internet broadband (Network) yang merata di seluruh tanah air telah menjangkau hampir seluruh populasi penduduk, sehingga tersedia akses bagi Insurtech untuk menjangkau masyarakat luas. Device yang digunakan dapat berupa smartphone, jam tangan digital (wearable) maupun sensor Internet of Things (IoT). Aplikasi asuransi terdapat dalam platform digital Insurtech, yang menghubungkan pemegang polis atau calon pemegang polis dengan penyedia layanan utama atau penyedia layanan pihak ketiga (bundling/cross selling) melalui Device Smartphone-nya. Aplikasi Insurtech tersambung dengan Device lainnya, seperti sensor IoT di mobil, rumah, dan pergelangan tangan. Pemegang polis dan property-nya akan terpantau secara terus menerus atas kegiatan yang dilakukannya, dan data-data dikumpulkan secara berkala ke dalam big-data system serta diolah untuk menjadi informasi. Demikian pula calon pemegang polis dapat mengakses layanan asuransi yang dikehendakinya dari berbagai  Insurtech provider. Insurtech tidak memerlukan agen asuransi untuk bertransaksi, sehingga biaya memperoleh pemegang polis baru akan menurun secara berarti. Salah satu biaya yang dibayar calon pemegang polis asuransi jiwa adalah biaya administrasi dan komisi agen yang sangat besar pada tahun pertama dan kedua kontrak. Dengan hilangnya biaya komisi agen ini maka pembentukan nilai tunai polis asuransi akan cukup besar. Hal ini yang menjadi keluhan utama calon pemegang polis, disamping proses penerbitan polis yang cukup lama.

Layanan Insurtech pada mulanya menyasar kepada retail insurance, namun sudah berkembang ke layanan corporate insurance. Dan hal ini akan terus berkembang menyasar ke asuransi jiwa. Setiap individu memiliki pilihan yang luas tentang jenis asuransi dan harga yang disesuaikan dengan kemampuannya. Dengan teknologi dan aplikasi Insurtech, kita cukup memasukkan parameter asuransi jiwa yang kita kehendaki, maka aplikasi akan memperlihatkan pilihan polis dari asuransi jiwa Insurtech maupun dari asuransi jiwa tradisional. Kita tinggal memilih provider mana yang cocok dengan kondisi kita. Satu hal lagi tentang keunggulan Insurtech adalah moment of truth yang memberikan pelayanan yang cepat pada saat klaim. Demikian pula proses underwriting yang jauh lebih cepat berdasarkan adanya data analytics atau profil calon pemegang polis yang diolah dari berbagai sumber data. Proses klaim asuransi Insurtech juga jauh lebih cepat karena pengiriman bukti-bukti dilakukan secara online dan adanya teknologi pendukung yang menghasilkan profil pelanggan dan model klaim yang sering terjadi dan akan terjadi. Berdasarkan data dan informasi yang diolah maka klaim dapat segera diputuskan atau dibayarkan. Terdapat 3 teknologi utama yang digunakan Insurtech, yakni Data analytics, Artificial Intelligent(AI) & Machine Learning (ML) dan Internet of Things (IoT).

Insurtech baru muncul di Indonesia, namun sudah berkembang pesat di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, dan juga di China serta India. Teknologi healthcare berkembang sangat cepat yang akan mendukung bisnis dan layanan Insurtech. Indonesia pasar yang sangat besar yang menjadi incaran bagi Insurtech asing dan akan mendisrupsi perusahaan asuransi nasional (BUMN dan swasta). OJK sebagai regulator dan KOMINFO sebagai pengendali sistem informasi perlu mendorong pertumbuhan Insurtech nasional dengan mengajak para start-up untuk mengembangkan layanan asuransi di sektor retail, korporasi dan micro insurance. Dan juga Pemerintah perlu memperkuat perusahaan asuransi nasional, baik dalam hal penguasaan dan akses terhadap teknologi, permodalan, manajemen dan pelayanan kepada pemegang polis. Mari segera kita dorong pelaksanaan transformasi digital di sektor asuransi, terutama untuk mendorong perusahaan asuransi nasional jadi pemimpin pasar di Indonesia. [lumumba sirait]