e2cosulting.co.id – Pembahasan kita kali ini tentang perjuangan perusahaan ditengah pandemi Covid-19 agar bangkit dari keterpurukan usaha. Setelah pandemi Covid-19 melanda negara kita, tidak terasa sudah 5 bulan kita Work From Home (WFH). Kita mendengar banyak success story yang ditorehkan Digital Company seperti Zoom, yang mendapat berkah pertumbuhan bisnis yang luar biasa karena penggunaan Video Conforence tools sebagai sarana kerja WFH. Demikian pula perusahaan digital lainnya seperti Amazon, Google, Youtube, Netflix dan Facebook cukup mampu mendulang pendapatan dari layanan mereka. Namun banyak juga perusahaan yang terpuruk karena berhentinya denyut nadi usaha seperti sektor jasa transportasi, jasa hiburan dan produksi barang-barang sekunder. Sebagian besar pelaku usaha menjerit karena penjualan menurun drastis sementara biaya operasi tetap harus dikeluarkan setiap bulannya. Krisis yang melanda hampir semua usaha ini membuka mata semua pihak pelaku usaha dan Pemerintah untuk membangkitkan kembali perekenomian Nasional. Presiden Jokowi telah menunjuk Menteri Koordinator Perekonomian untuk memimpin Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Covid-19.
Sekarang bagaimana pelaku usaha menyikapi situasi krisis ini? Kita dapat belajar dari berbagai krisis yang pernah terjadi seperti krisis ekonomi tahun 1998, sub-prime mortgage 2008, maupun dari hancurnya perekonomian dunia akibat Perang Dunia kedua. Mantan Perdana Menteri Inggeris Winston Churcill berkata “Never let a good crisis go to waste” yang artinya kita dapat belajar dari kondisi krisis sebagai kesempatan untuk melakukan hal-hal yang kita pikir belum pernah kita lakukan sebelumnya. Di era adaptasi kehidupan baru (new normal), kita perlu meninjau ulang perjalanan bisnis ke depan, dimana kondisi kedepan sangat berbeda dengan sebelum pandemi Covid-19. Berbagai pakar menyatakan bahwa Covid-19 telah menyadarkan umat manusia akan arti kesehatan dan pentingnya menjaga kesehatan. Berbagai upaya dilakukan, antara lain perusahaan-perusahaan melakukan WFH dan masyarakat melakukan social distancing, menjaga kesehatan serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Perjalanan untuk bebas dari Covid-19 masih perlu waktu sekitar 2 tahun berikut dengan pemulihan moral serta mental masyarakat (dengan harapan Vaksin Covid-19 bekerja efektif).
Satu hal yang pasti saat ini adalah perlombaan membuat Vaksin untuk mengatasi virus Covid-19. Disamping pengembangan Vaksin Covid-19, industri layanan kesehatan (healthcare) berkembang sangat cepat. Berbagai perusahaan sudah banting stir untuk masuk ke sektor healthcare, karena prospek bisnisnya sangat menjanjikan di masa depan. Hal ini mencakup pengembangan teknologi/aplikasi layanan kesehatan, obat-obatan dan supplement food. Masyarakat membutuhkan peralatan (devices) yang dapat berhubungan dengan dokter tanpa harus bertatap muka, cukup menghubungkan devices yang memonitor kondisi tubuh dari jarak jauh melalui IoT devices and networks system. Demikian pula akan berkembang obat-obatan tradisional yang dikemas secara modern serta berbagai supplement food yang meningkatkan daya tahan tubuh. Untuk menjaga stamina yang bugar, dibutuhkan asupan makanan yang bergizi, buah-buahan yang mengandung vitamin C dan D. Perusahaan bahan makanan dan minuman berpeluang untuk berkembang, disamping jasa makanan rumah yang dijual secara online. Hal lain yang menjadi gaya hidup baru adalah berkembang kesadaran masyarakat berolah raga, antara lain naik sepeda (gowes), lari atau jalan kaki. Hal ini membawa peluang bisnis bagi industri sepeda, sepatu dan peralatan olahraga.
Pandemi Covid-19 juga telah mempercepat pelaksanaan transformasi digital, dimana infrastruktur Internet berkecepatan tinggi diperlukan diseluruh wilayah tanah air, baik untuk pendidikan, sarana bekerja WFH, rapat melalui Video Conference dan mengakses informasi serta media promosi. Kegiatan tatap muka dihindari sehingga berkembang layanan live streaming untuk edukasi, hiburan dan webinar. Perusahaan dituntut agar mampu menggunakan teknologi digital ini untuk berhubungan dengan pelanggan, melakukan marketing dan penjualan, supply chain management, remote operation monitoring dan sarana kordinasi dengan karyawan yang bekerja WFH. Perusahaan harus mulai bekerja menggunakan layanan Cloud Computing, memiliki jaringan akses Internet berkecepatan tinggi, melakukan digital marketing and sales, membekali karyawan dengan sarana fixed and mobile Internet berkualitas, berlanggganan layanan Video Conference, membangun Business Process Management (BPM) digital serta mulai menggunakan tools berbasis big data dan Artificial Intelligent (AI).
Hal lain yang sangat penting dilakukan oleh Perusahaan adalah empati terhadap pelanggan, khususnya dengan penurunan kemampuan bisnis mereka. Apa yang bisa kita bantu agar pelanggan mampu bangkit kembali, bantuan dapat berupa dukungan moral, pemberian layanan yang lebih baik, metoda pembayaran yang lebih longgar hingga pemberian diskon yang cukup berarti. Demikian pula perlu diberikan masukan tentang perkembangan keadaan ekonomi dan bisnis kedepan.
Disamping memberikan perhatian kepada pelanggan, Perusahaan perlu meninjau ulang perjalanan bisnis ke depan, apakah bisnis saat ini masih layak dipertahankan, ataukah sudah harus mengembangkan bisnis baru yang relevan dengan kebutuhan masyarakat kedepan. Misalnya pengembangan produk atau jasa baru yang berbasis digital melalui eksplorasi bisnis, antara lain di bidang teknologi digital, Healthcare dan makanan/minuman. Untuk mendukung usaha tersebut perlu bahan baku, bahan penolong dan jasa pendukungnya. Hal ini juga merupakan peluang bisnis baru yang perlu digali.
Agar mampu bertahan dalam situasi krisis dan memiliki resiliences system, perlu dibangun tim SDM yang solid dan kompeten sehingga mampu menghasilkan ide-ide baru serta mengeksplorasi bisnis baru out of the box. Sekalipun WFH, SDM dituntut untuk inovatif dan produktif dalam bekerja. Dengan semangat kolaborasi dan etos kerja agile, mereka dituntut agar mampu menghasilkan produk dan layanan baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara cepat.
Hasil dari berbagai usaha ini mungkin tidak terlihat dalam jangka pendek, mungkin baru terlihat dalam waktu 2 hingga 3 tahun ke depan. Perusahaan harus mampu menjaga moral SDM-nya, memiliki kemampuan finansial yang memadai dan memiliki akses terhadap informasi, teknologi dan pasar.
Daya lentur atau resilience tidak hanya memantul ke lantai, tetapi harus membal ke atas melebihi titik awalnya, artinya Perusahaan harus bangkit mencapai prestasi diatas hasil sebelum Covid-19. Inilah perjuangan yang harus dijalankan, khususnya bagi pelaku usaha nasional yang saat ini mengalami kesulitan. Industri dalam negeri harus bangkit kembali, tentunya dengan bantuan dari Pemerintah dan Perbankan, dukungan DPR serta upaya saling bahu-membahu antar sesama pengusaha agar mampu tumbuh dan berkembang serta kompetitif di pasar nasional dan global. Tentunya dengan menggunakan teknologi digital sebagai tools-nya. Semoga!
Perjalanan bangsa Indonesia menuju negara maju membutuhkan biaya dan pengorbanan yang sangat besar. Semoga Kementerian BUMN dapat mengembalikan kerugian nasabah asuransi BUMN dan membangun kembali kepercayaan masyarakat untuk mau membeli asuransi melalui BUMN. Membangun reputasi sangat mahal dan membutuhkan waktu yang lama, tetapi untuk merusaknya cukup dengan sekejab saja! Demikian pula GRC harus ditegakkan di Indonesia agar perusahaan dalam negeri bertumbuh sejajar dengan World Class Companies. Semoga!