e2Consulting.co.id – Pembahasan kita kali ini tentang penerapan Industry 4.0 di sektor unggulan industri nasional. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian pada tahun 2018 telah memperkenalkan konsep Industri 4.0 dengan sebutan Indonesia Making 4.0. Dalam Keputusan Presiden no. 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, ditetapkan sejumlah proyek prioritas strategis, salah satu diantaranya adalah Industry 4.0 di 5 sub sektor prioritas : Makanan dan minuman, Tekstil dan pakaian jadi, Otomotif, Elektronik, Kimia dan Farmasi. Dengan demikian kelima industri unggulan tersebut harus dipersiapkan dan dijalankan secara sungguh-sungguh sehingga menjadi industri unggulan nasional.

Salah satu pilot proyek Industry 4.0 yang masuk dalam World Economy Forum atau lebih dikenal sebagai Lighthouse Project adalah pabrik Schneider Electric di Pulau Batam. Pabrik tersebut memproduksi komponen elektrik Medium Voltage. Digitalisasi dilakukan secara terpadu mulai dari pengadaan bahan baku, proses persiapan produksi, proses produksi hingga packaging. Sebagian besar dari kegiatan produksi sudah menggunakan robot dalam bekerja, sehingga peran tenaga manusia jauh berkurang. Mesin robot bekerja untuk proses yang berulang. SDM bekerja untuk hal-hal yang sulit dijangkau robot dan melakukan pekerjaan pengawasan (Quality Control), yang mengawasai kondisi mesin dan hasil produksinya, dengan menggunakan tools atau devices. Sesuai dengan rencana produksi, mesin-mesin robot dan bahan baku dipersiapkan. Selanjutnya, program aplikasi produksi dijalankan, yakni berupa program instruksi komputer sehingga menghasilkan produk jadi dan informasi tentang kegiatan produksi. Hasilnya, kualitas dan produktivitas produksi meningkat secara berarti.

Daya saing industri nasional di tingkat global dibangun dengan mendayagunakan solusi Industry 4.0. Mata-rantai atau business value-chain harus dioptimalkan dengan meninjau ulang semua kegiatan dalam prosesnya. Hal ini mulai dari pembelian bahan baku, transportasi dan pergudangan, proses produksi dan packaging serta warehousing. Dari setiap mata-rantai, perlu dipetakan apa yang menjadi masalah utama untuk dioptimalkan.

Keunggulan dari sebuah produk sangat ditentukan oleh desain yang menarik. Kemampuan merancang produk kita masih perlu ditingkatkan agar menghasilkan barang-barang yang sesuai dengan selera pasar internasional. Misalnya dalam hal pakaian, perhiasan, otomotif, elektronik dan consumer goods lainnya. Penggunaan mesin printer tiga dimensi diharapkan akan memberi nilai tambah bagi industri dalam negeri khususnya dalam menyusun berbagai model barang yang menarik.

Pasokan bahan baku menjadi faktor penting bagi keunggulan industri nasional. Saat ini sudah berkembang konsep global supply chain, dimana komponen dan material bisa saja berasal dari seluruh dunia, proses assembling atau produksi dilakukan di tempat yang dekat dengan pasar. Indonesia perlu memastikan pasokan bahan baku di dalam atau diluar negeri dengan harga yang kompetitif dan bermutu tinggi. Bahan baku utama seharusnya sudah diproduksi di dalam negeri, cukup hanya bahan baku penolong yang masih perlu di impor dari luar negeri. Konsep just in time supply, yang menghubungkan pabrik dengan seluruh pemasok, sehingga bahan baku dan pendukung tiba pada waktunya. Bahan pendukung seperti energi sangat mempengaruhi harga jual. Misalnya, dalam industri keramik, kendala utama adalah kontinuitas pasokan gas dan harga gas yang tinggi di wilayah tertentu sehingga dapat menyebabkan harga jual produk kurang kompetitif. Dalam industri tekstil dan pakaian jadi, listrik menjadi komponen pendukung utama dalam proses produksi.

Mesin juga sangat menentukan dalam proses produksi. Dengan mesin-mesin baru dan modern serta mampu berkomunikasi satu sama lain, mesin robot diharapkan mengkonsumsi listrik yang lebih irit, namun mampu menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak, sehingga biaya produksi per unit menjadi lebih murah.

Proses produksi menjadi sangat penting untuk menghasilkan daya saing. Baru-baru ini muncul berita bahwa produktivitas pekerja pabrik Indonesia kalah jauh dibandingkan dengan Vietnam dan China. Dengan penggunaan mesin robot, maka produktivitas kerja diharapkan akan meningkat secara berarti. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana meningkatkan kualitas kerja agar bermutu tinggi dan sedikit waste yang dihasilkan. Dengan proses quality control yang berbasis teknologi IoT, Network dan Application, maka semua proses kerja dan data-data yang dihasilkan mesin dan hasil produksi akan dikumpulkan menjadi big data yang kemudian diolah menjadi informasi. Dengan kemampaun data analytics, akan dihasilkan sejumlah informasi penting tentang proses produksi secara keseluruhan dan informasi ini akan digunakan untuk meningkatkan proses produksi berikutnya.

Yang tidak kalah penting adalah proses pengawasan dan pemeliharaan mesin atau robot yang bekerja. Mesin-mesin robot diperlengkapi dengan sensor IoT yang dapat berupa sensor suara, tekanan, temperatur, foto/video, dan informasi lainnya, untuk diolah aplikasi data-anlytics. Hasilnya, mesin-mesin akan memperlihatkan performansi produksinya, jumlah produk yang gagal/catat dan penyebabnya. Dengan demikian, proses pemeliharaan mesin/robot dapat dipersiapkan lebih awal sebelum mesin atau robot benar-benar rusak.

Pelaku industri dan Pemerintah perlu duduk bersama-sama membahas pelaksanaan Industry 4.0 di sektor industri unggulan. Penguatan seluruh mata rantai akan menyebabkan industri kita unggul di tingkat global. Mari kita jalankan konsep Making Indonesia 4.0 dengan langkah-langkah konkrit dan terstrukur, dimulai dengan pilot project di suatu industri. Untuk itu diperlukan perpaduan keahlian dibidang DNA (Devices, Network & Applications), perancang produk unggul, penyediaan bahan baku dan pendukung, manajemen produksi, pemilihan teknologi mesin dan robotika, pemilihan sensor IoT dan data-analytics, SDM yang kompeten di bidang produksi dan supply chain management. Semoga Making Indonesia 4.0 dapat terwujud dalam waktu dekat.