E2consulting.co.id – Kita sering membaca tentang nasib perusahaan besar yang berjaya dimasa lalu, namun kini telah tiada. Mengapa hal ini bisa terjadi? Sama seperti dinosaurus yang punah dimasa lalu, perusahaan besar pada umumnya berpuas diri karena kehebatan pencapaian usahanya. Hal ini dapat berupa pencapaian keuangan dan market share. Kebanggan performansi keuangan seperti Revenue, EBITDA dan Net Income growth telah membuat perusahaan terlena dan tidak berupaya untuk menghasilkan inovasi baru. Pelanggan yang dilayani juga sering tidak menuntut layanan baru sehingga perusahaan hanya berupaya menjaga kualitas layanan. Kehadiran kompetitor dapat diatasi dengan strategi bisnis yang biasa-biasa saja, seperti meningkatkan kualitas layanan, memelihara hubungan dengan pelanggan dan menurunkan harga layanan.

Keadaan berubah ketika perusahaan start-up muncul. Kehadiran start-up sering tidak diperhitungkan, karena mereka adalah pemula yang belum berpengalaman di pasar. Namun kehadiran para start-up mulai menggerus usaha mereka secara perlahan-lahan, mereka menyadarinya tapi masih menganggap enteng, karena belum berpengaruh terhadap performansi keuangan. Namun, secara tiba-tiba, layanan start-up menjadi booming, sehingga perusahaan sudah tidak sempat meresponse secara cepat. Perusahaan takut melakukan perubahan yang bersifat drastis karena hal tersebut akan mengganggu performansi keuangannya. Perusahaan hanya melakukan perubahan kecil, memperbaiki proses bisnis atau menurunkan harga barang atau layanan. Disisi lain, pelanggan yang tadinya loyal dengan perusahaan, mulai beralih kepada barang atau layanan start-up yang lebih bernilai dan harga yang lebih murah.

Bagaimana dengan perusahaan start up?

Dengan menggunakan Business Model Canvasing, para start-up secara jitu mengembangkan layanan yang dianggap menjadi solusi kebutuhan masyarakat, komunitas maupun perusahaan. Mereka mengembangkan layanan dari nol. Mereka tidak memiliki beban terhadap pelanggan lama, sehingga mereka mengembangkan layanan yang umumnya bertujuan menghancurkan (mendirupsi) layanan perusahaan yang menguasai pasar. Misalnya, layanan ride hailing mendisrupsi perusahaan taxi, layanan room sharing mendisrupsi perusahaan hotel, layanan e-commerce mendistrupsi layanan mall dan department store.

Berbagai layanan start-up yang sedang berkembang antara lain adalah micropayment yang akan mendisrupsi jasa perbankan dan layanan Insurtec yang akan mendisrupsi jasa Asuransi. Layanan microbanking telah menjangkau masyarakat bawah yang tidak memiliki rekening bank. Dengan Virtual Account, mereka dapat melakukan transaksi pembayaran, transfer dan melakukan simpan pinjam. Jasa Insurtec, menawarkan layanan asuransi untuk individu dan usaha UMKM yang bersifat massif, proses penerbitan polis dan klaim yang singkat, tanpa melalui proses validasi yang rumit.

Semua layanan start-up ini bermula dari imaginasi tentang kebutuhan personal lifestyle, komunitas dan perusahaan, yang dikemas dalam sebuah aplikasi. Aplikasi tersebut dicangkokkan ke dalam Operating System Smartphone, untuk kemudian di download oleh pengguna. Terdapat jutaan aplikasi yang tercakup dalam Operating System Android maupun i-OS. Persoalannya, bagaimana supaya aplikasi tersebut di download orang dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kelemahan utama dari start up adalah dibidang marketing, yang membutuhkan keahlian khusus dan biaya besar. Berbagai metoda marketing digunakan untuk menjaring pengguna aplikasi.

Perusahaan yang dari awal sudah berbasis Digital, seperti Google, Apple, Amazon, Alibaba, Softbank, dan Rakuten, mampu bertumbuh pesat karena melakukan inovasi yang berkesinambungan, memiliki agility dalam menyediakan kapasitas dan kecepatan layanan serta menjaga mutu layanan yang unggul. Mereka telah memiliki system perusahaan yang tangguh dan inovatif yang didukukung oleh SDM yang kompeten serta teknologi yang canggih.

Perusahaan tradisional dapat berubah menjadi digital company melalui transformasi pengelolaan usaha. Salah satu perusahaan yang berhasil menjadi digital company adalah Netflix. Perusahaan ini melakukan transformasi bisnis dari layanan DVD rental menjadi layanan Video Streaming. Dengan membayar iuran bulanan tertentu, pelanggan dapat menikmati sejumlah konten hiburan yang sesuai dengan profile pelanggan. Netflix terus mengembangkan pasarnya ke seluruh dunia. Saat ini Netflix telah memiliki lebih dari 150 juta pelanggan (Juli 2019) dan masih terus bertumbuh berkat pengembangan konten yang menarik serta harga layanan yang memadai.

Bagaimana dengan usahamu saat ini? Apakah anda sebagai pelaku start up, UMKM, atau di sektor industri? Anda wajib melakukan perubahan yang berarti dalam mengembangkan usahamu. Sebagai perusahaan start-up, apakah perusahaanmu mengalami kemajuan yang berarti? Apakah sudah dilirik investor atau memiliki traffic yang cukup tinggi atau jumlah pelanggan yang sudah cukup besar serta pendapatan yang memadai?

Sebagai pelaku UMKM, apakah jualan online mu sudah berjalan lancar dan menghasilkan penjualan serta keuntungan yang memadai? Apakah sudah memiliki basis pelanggan dan kebutuhan masing-masing pelanggan sudah didata dengan baik? Apakah produksi barang dan jasa sudah berjalan normal dengan kualitas barang atau layanan yang memadai serta sejauh mana anda unggul dibandingkan dengan kompetitormu? Atau anda masih terkendala dengan permodalan?

Sebagai pelaku industri bagaimana anda menghadapi masa depan? Apakah bisnis anda saat ini bertumbuh cukup baik, terutama dibidang revenue dan profit, apakah cukup bagus? Atau anda masih berkutat dengan utang atau kesulitan dalam bidang pemasaran? Dan bagaimana anda memandang masa depan usahamu, khususnya ancaman VUCA dalam waktu dekat?

Apapun kondisi usahamu saat ini, sangat penting untuk selalu mengutamakan kepentingan pelanggan. Yang utama adalah bagaimana nilai layanan (Value Offering) kepada pelanggan harus senantiasa dikaji, apakah sudah memenuhi harapan pelanggan dan apakah masih relevan untuk masa yang akan datang?. Disrupsi bisnis datang dari berbagai penjuru atau berbagai sektor usaha. Anda harus melangkah lebih jauh melayani kebutuhan pelanggan. Go beyond current services. Misalnya, Bank Perkreditan Rakyat atau Bank Pembangunan Daerah, akan menghadapi ancaman dari layanan simpan pinjam microbanking. Bank harus masuk lebih jauh untuk mengetahui kebutuhan nasabahnya, selain kebutuhan simpan pinjam.

Hotel tidak semata-mata menawarkan layanan kamar dan makanan, tetapi perlu menawarkan experience yang dapat berupa hiburan dan paket perjalanan wisata khusus. Mall tidak lagi semata-mata tempat berjualan, tetapi menjadi tempat bermain bagi anak-anak dan sekaligus menjadi tempat berkumpul bagi anak muda maupun orangtua.

Bagaimana dengan peluang bisnis di masa mendatang? Kehidupan manusia yang semakin sibuk dan penuh tekanan, menuntut manusia untuk lebih banyak rehat atau istirahat sejenak dari pekerjaan rutin. Hal ini akan mendorong berkembangnya industri yang terkait dengan bisnis pariwisata (leisure), kebugaran dan spiritual. Industri yang terkait dengan ketiga hal tersebut akan bertumbuh, demikian juga dengan industri pendukungnya.

Dengan perubahan lingkungan bisnis tersebut, kita perlu meninjau ulang relevansi bisnis yang kita miliki saat ini. Temukan bisnis baru yang relevan dengan masa depan, dan syukur-syukur anda juga sangat menyukainya. Untuk membangun bisnis masa depan tersebut, perlu dibangun kapabilitas bisnis yakni dengan melakukan transformasi pengelolaan usaha (business transformation). Artinya, perlu dilakukan perubahan secara mendasar atas system, proses bisnis, SDM dan teknologi yang terkait dengan seluruh unit bisnis, untuk mencapai perubahan yang terukur dalam hal efisiensi dan efektivitas bisnis serta kepuasan pemangku kepentingan (stakeholder). Transfomasi bisnis dilakukan dengan menjalankan sejumlah program transformasi secara terpadu dan dievaluasi secara berkala. Hasilnya akan terlihat dalam jangka menengah dan panjang, yakni lahirnya bisnis baru yang dikelola secara efektif dan efisien serta bertumbuh secara berkesinambungan. Untuk menjalankan transformasi, perlu sumber daya, modal dan teknologi yang tepat. Dengan penggunaan Internet, IoT dan big data, serta otomatisasi proses bisnis, maka perusahaan berubah menjadi digital company. Perubahan menyeluruh dengan menggunakan teknologi digital disebut sebagai transformasi digital (digital transformation).

Agar perusahaan kita tetap unggul, mari segera melakukan transformasi bisnis dengan menyusun dan menjalankan sejumlah program transformasi digital secara tekun dan konsisten. Jika tidak, kita akan terlindas oleh badai disrupsi digital. [lumumba]