E2Consulting.co.id – Kehadiran layanan Internet yang semakin meningkat kualitasnya dan tersedia dimana saja, telah menyebabkan perubahan peradaban manusia. Internet sudah menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat, sebagaimana kita membutuhkan listrik dalam kehidupan sehari-hari. Peradaban telah berubah, dimana setiap insan sangat tergantung kepada gadget dalam kegiatan sehari-hari, baik di rumah, di tempat kerja maupun ditempat umum.

Dalam pekerjaan, Internet telah membantu pengusaha untuk memasarkan dan menjual barang atau jasanya secara online, mendapatkan informasi tentang bahan baku dan teknologi, cara melayani pelanggan lebih baik hingga mendapatkan modal kerja. Demikian pula kehidupan pribadi kita semakin mudah dengan adanya berbagai aplikasi yang melayani berbagai kebutuhan pokok dan sekunder kita.

Disatu sisi, teknologi digital atau Internet telah mempermudah kehidupan pribadi kita dan menciptakan peluang bisnis, namun disisi sebaliknya telah mengancam keberlangsungan usaha yang sudah mapan. Hal ini terlihat dari maraknya aplikasi ride hailing (Gojek, Grab, Uber dll), room sharing (AirBnB, Airy, Red Doorz,dll), travelling (Traveloka, Tiket.com dll), dan berbagai aplikasi lainnya, yang kesemuanya telah menggerus bisnis transportasi, hotel dan pariwisata. Perusahaan start-up telah bertumbuh dan berkembang diseluruh dunia, menghasilkan berbagai produk dan layanan yang lebih baik dan lebih murah serta sesuai dengan kebutuhan pribadi atau kebutuhan perusahaan.

Dalam skala global, pemain e-commerce seperti Amazon dan Alibaba telah merajai pasar penjualan online di seluruh dunia. Berbagai department store seperti Wallmart, JC Penney dan Sears perlahan-lahan telah rontok karena dilibas Amazon yang menawarkan layanan home delivery dengan waktu hantaran kurang dari 24 jam, kualitas produk dan layanan bermutu tinggi serta harga yang lebih murah. Didalam negeri, hal ini juga dirasakan oleh pemilik mall dan penyewanya, dimana pasar penjualan offline semakin tergerus karena digantikan penjualan online. Baru-baru ini, beberapa department store dan hypermarket telah menutup gerainya karena sudah kurang laku. Disisi lain, perusahaan start-up e-commerce seperti Tokopedia dan Bukalapak bertumbuh sangat pesat.

Teknologi digital telah mengubah tatanan kehidupan. Dunia usaha mengalami disrupsi atau kekacauan, yang memaksa pelaku usaha untuk menata ulang portfolio usahanya. Istilah kasarnya, melakukan perubahan mendasar atau mati karena ditelan oleh perubahan. Muncul istilah VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity and Ambiguity), yang memperlihatkan betapa rawannya kehidupan individu dan usaha dimasa mendatang.

Dalam 10 tahun terakhir ini, teknologi bertumbuh sangat cepat. Hal ini antara lain teknologi Telekomunikasi Selular 4G dan 5G, robot, Artificial Intelligent (AI), Augmented/Virtual Reality, Drone, 3D printing, Autonomous Vehicles dan Electrical Vehicles, Renewable Energy, Healthcare, Data Analytics, Hyperloop dan lain-lain. Teknologi ini akan masuk ke Indonesia dalam waktu dekat, yang akan merubah pola kerja dan interaksi manusia. Dengan adanya Autonomous Vehicles, kita tidak perlu lagi memiliki mobil dan mobil tidak memerlukan supir, antar sesama mobil berkomunikasi satu sama lain, sehingga peluang untuk bertabrakan semakin kecil.

Berbagai aplikasi sedang dikembangkan untuk sektor industri, yang disebut sebagai Industry 4.0. Dengan penerapan Industry 4.0, tenaga kerja manusia di pabrik menjadi sangat terbatas, karena digantikan oleh mesin atau robot yang diprogram bekerja sesuai dengan kebutuhan, mampu bekerja 24 jam sehari dengan hasil kerja yang lebih baik. Teknologi digital akan menghasilkan biaya produksi yang lebih murah, kualitas yang lebih baik dan kustomisasi produksi yang lebih fleksibel.

Demikian pula dalam bidang pemerintahan akan muncul layanan Smartcity, yang mempermudah pemerintah dan warga kota dalam berinteraksi serta menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan smartcity, pemerintah dapat menata system transportasi dalam kota, traffic lalulintas, jadwal bis dan kereta api, parkir, penerangan, informasi publik, pengelolaan sampah dan air limbah serta kebutuhan warga lainnya. Layanan Smartcity dikelola secara terintegrasi, sehingga menghasilkan layanan masyarakat berkualitas dengan cost yang efektif.

Dengan globalisasi, pelaku usaha global seperti Google, Apple, Microsoft, Amazon, Alibaba, Netflix, Tencent, Tesla, Healtcare Apps, dan lain-lain, berikut tenaga kerja asing akan masuk ke Indonesia untuk menjadi pelaku bisnis digital. Generasi millennial Indonesia sebagai penerus bangsa Indonesia akan menghadapi serbuan tenaga asing dan robot. Generasi muda Indonesia harus adaptif dalam menghadapi teknologi digital dan pelaku usaha yang akan masuk ke Indonesia. Bangsa Indonesia harus menjadi tuan rumah di negaranya. Untuk itu pemerintah perlu membangun roadmap digital Indonesia tahun 2030, dimana perlu dipersiapkan SDM yang unggul dalam berbagai bidang teknologi dan aplikasi dari digital bisnis.

Perusahaan-perusahan start-up perlu dibimbing untuk mampu berkembang, sehingga layak dibeli investor dalam maupun luar negeri atau masuk pasar modal (go public). Kita perlu meniru pemerintah Cina yang membangun Star Market di Shanghai, yakni berupa pasar modal untuk para start-up, dengan tujuan untuk mendorong lahirnya perusahaan berkualitas dengan pendanaan melalui pasar modal, sehingga kelak mampu bertumbuh menjadi perusahaan besar.

Demikian pula dibidang Industry 4.0, Pemerintah perlu mempersiapkan keunggulan kompetitif industri dalam negeri. Misalnya, Indonesia dengan luas geografis yang sangat luas, berpotensi dalam bidang pertanian, perkebunan, dan produksi bio-energy. Pemerintah perlu mempersiapkan lahan industri pertanian, teknologi pembibitan, teknologi penanaman dan pemeliharaan tanaman, yang kesemuanya sudah berbasis digital.

Di bidang manufacturing, peran robot akan menggantikan manusia dalam bekerja. Peran manusia di dalam pabrik adalah merancang kerja, mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja robot. Dengan pesatnya perkembangan teknologi penyimpan daya (energy-storage atau power bank), Indonesia memiliki cadangan Nikel dan Lithium yang sangat besar. Industri dalam negeri hendaknya didorong untuk membangun pabrik batere atau power bank yang sangat dibutuhkan untuk mobil listrik dan penyimpan daya di rumah, kantor atau pabrik. Keunggulan di bidang Industry 4.0 lainnya perlu digali dan dikembangkan sehingga menjadi keunggulan kompetitif bangsa Indonesia.

Kehadiran teknologi digital dapat menjadi ancaman dan sekaligus menjadi peluang. Dalam hal ini kita harus melihatnya lebih baik sebagai peluang. Perlu SDM yang kompeten dalam berbagai bidang dan soft-competence yang akan menghasilkan pemimpin-pemimpin transformasi digital (digital transformation) di Indonesia. Untuk itu, perlu disusun peta jalan (roadmap) bisnis digital dan pengembangan kompetensi SDM dalam bisnis digital, baik untuk para start-up, pelaku industri swasta dan BUMN serta Aparat Sipil Negara (ASN). Peta jalan tersebut harus dijalankan secara sungguh-sungguh agar kita menghasilkan talenta unggul dalam membangun bisnis digital. Kalau tidak, kita hanya menjadi penonton atau pengguna layanan dan devisa kita tersedot ke luar negeri.[lumumba]