e2consulting.co.id – Setiap awal tahun baru, kita sering membuat resolusi tentang hidup baru, dengan berbagai perubahan gaya hidup dan target-target yang hendak dicapai. Berbagai gaya hidup yang hendak kita ubah, misalnya berhenti merokok, bangun pagi, mengurangi berat badan, atau berolahraga secara teratur. Awal bulan Januari kita mulai menjalankan aktivitas gaya hidup baru, namun kita tidak menjalankannya secara konsisten. Akhir bulan Januari berlalu, perubahan yang diharapkan tidak terjadi dan secara perlahan kita kembali ke perilaku rutin seperti sediakala. Menjalankan perubahan tidak mudah dilakukan, perlu perencanaan yang matang, konsistensi pelaksanaan program dan pengorbanan tenaga, waktu dan bahkan uang.
Namun, adakalanya kita terpaksa melakukan perubahan, misalnya karena perubahan lingkungan, terkena penyakit, kehabisan uang, dan berbagai hal lainnya yang memaksa kita harus berubah. Perubahan lingkungan dan atau situasi yang serba terbatas menyebabkan kita harus mengurangi, atau bahkan menghentikan kebiasaan kita yang kurang baik. Hal ini menjadi kebiasaan baru dalam menjalankan hidup sehari-hari. Namun, ada kalanya kita kembali ke kebiasaan lama, manakala situasi kembali ke lingkungan semula. Jadi perubahan dilakukan karena keadaan terpaksa, bukan karena suatu keinginan atau kebutuhan, serta sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. You are who your friends are!
Berbeda ceritanya bila perubahan dilakukan karena kebutuhan, dimana seseorang menjalankannya dengan niat yang kuat untuk mencapai sesuatu hasil menggembirakan di kemudian hari. Seseorang berhenti merokok dan atau minum minuman keras, melakukan makan sehat dan teratur, berolahraga serta tidur yang berkualitas, karena mengharapkan tubuh yang sehat dan kuat, jauh dari sakit penyakit serta menghindari berobat ke rumahsakit. Dengan tubuh yang sehat, kita berpotensi untuk memiliki usia yang panjang dan menikmati hidup lebih berkualitas. Umur di tangan Tuhan, namun pilihan sehat berada di tangan kita!
Bagaimana dengan perusahaan atau organisasi, apakah mereka juga perlu berubah? Menurut John Chamber, ex.CEO CISCO, setidaknya 40% dari semua bisnis akan mati dalam 10 tahun ke depan jika mereka tidak menemukan cara untuk mengubah seluruh perusahaan mereka guna menyesuaikan dengan teknologi baru.
Disrupsi bisnis telah terjadi di semua sektor usaha yang menyebabkan masa depan perusahaan tradisional (legacy) atau organisasi semakin tidak jelas. Perusahaan jamu Nyonya Meenir sudah bangkrut beberapa tahun yang lalu, demikian pula baru-baru ini kita mendengar berbagai perusahaan tekstil sudah gulung tikar, terakhir perusahaan tekstil besar Sritex akan bangkrut jika tidak ditolong Pemerintah RI. Di luar negeri situasinya sama juga, industri pabrik mobil Volkswagen di Jerman sudah mengurangi produksinya karena kalah bersaing dengan perusahaan mobil listrik BYD dan Tesla.
Disrupsi bisnis di sektor jasa juga sudah melanda dunia, diantaranya di bidang keuangan, asuransi, perhotelan, transportasi dan berbagai sektor jasa lainnya. Perusahaan jasa mendapat ancaman serius dari perusahaan start-up yang menawarkan layanan yang lebih murah, mudah dijalankan sendiri serta memiliki pengalaman pelanggan yang lebih menyenangkan.
Bagaimana dengan perusahaanmu? Apakah masih mampu untuk bertahan untuk 10 tahun yang akan datang. Mari kita periksa, apakah pendapatan usaha masih tumbuh secara meyakinkan, atau sudah melambat atau mengalami kerugian setiap tahunnya?
Demikian juga dengan pelangganmu, apakah masih bertambah terus, atau hanya mengandalkan pelanggan lama? Pelanggan lama atau loyal berpotensi pindah ke perusahaan kompetitor atau start-up, manakala mereka menemukan solusi bisnis yang lebih cocok dengan kebutuhan mereka.
Demikian pula dengan pendapatan usaha, apakah pendapatan usaha perusahaanmu didominasi dari pelanggan lama atau produk/jasa lama, atau pendapatan produk/jasa baru sudah mulai bertumbuh secara berarti?
Bagaimana dengan biaya operasionalnya, apakah pertumbuhan biaya lebih besar daripada pertumbuhan pendapatan? Atau keuntungan usaha masih tetap menjanjikan? Ibarat dokter dalam memeriksa kesehatan tubuh, kita harus memeriksa semua instrumen-instrumen kegiatan usaha, termasuk kegiatan inovasi, pelayanan pelanggan, kompetisi pasar dan pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jika perusahaan bertumpu kepada pelanggan lama dan pendapatan usaha lama (legacy business), pertumbuhan biaya meningkat terus, serta berada di pasar yang sudah mulai jenuh, hal ini menunjukkan kondisi perusahaan sudah tidak baik-baik saja. Kini saatnya perusahaan harus berubah secara berarti untuk menciptakan produk/jasa atau solusi bisnis baru. Jika tidak, maka perusahaanmu tinggal menunggu pengumuman bangkrut. Selagi masih ada waktu, mari lakukan transformasi bisnis dengan berbasis transformasi digital. Teknologi digital membawa harapan baru untuk mengembangkan bisnis baru dan atau meningkatkan performansi legacy business secara berarti. Pilihan ada ditanganmu, lakukan perubahan segera!