e2consulting.co.id – Saat ini terjadi euforia perusahaan untuk berubah menjadi digital company. Kata-kata jargon digital transformation, digital mastery, industri 4.0, digital twins, dan beberapa sebutan lainnya, sering diucapkan para eksekutif puncak perusahaan. Keinginan untuk berubah dicanangkan dan dikomunikasikan kepada karyawan, namun dalam pelaksanaannya sering gagal karena berbagai alasan.

Transformasi digital merupakan penataan ulang bisnis perusahaan untuk memastikan keberlangsungan usaha jangka panjang, yakni dengan menangkap peluang usaha di era disrupsi melalui pembinaan hubungan pelanggan yang sangat erat, penyajian layanan operasional yang sangat memuaskan, dan terciptanya model bisnis yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Transformasi yang terkait dengan hubungan pelanggan, antara lain pengembangan layanan baru yang saat ini belum ada dan pembelajaran dari pengalaman pelanggan (Customer Experience) untuk dapat menyediakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Demikian pula layanan operasional oleh perangkat teknologi dan layanan pendukung (back-office) harus benar-benar memuaskan karena layanan baru ini mungkin merupakan bagian dari proses bisnis utama pelanggan. Kualitas layanan diikat melalui Service Level Agreement (SLA) yang tinggi. Untuk memastikan pencapaian penjualan dan keuntungan usaha, berbagai model bisnis harus dikembangkan agar sesuai dengan kemampuan keuangan pelanggan di berbagai segment. Perubahan yang berarti ini memerlukan sumber daya uang, teknologi dan SDM agar mampu menghasilkan product and service development yang tepat sasarandan kemampuan di berbagai bidang seperti marketing and sales, customer operation, layanan teknologi Network &IT, data analytics dan billing and collection. Seluruh kegiatan perlu dirancang dan dijalankan secara terpadu sehingga menghasilkan program kerja yang terukur, perubahan budaya karyawan dan pada akhirnya menghasilkan pendapatan dan keuntungan usaha jangka menengah dan panjang.

Dalam arti luas, transformasi perusahaan dapat terjadi karena adanya perubahan lingkungan pasar, teknologi baru, tuntutan tata kelola usaha yang lebih baik dan perubahan arah bisnis perusahaan. Apa yang menjadi faktor utama perusahaan untuk berubah, sangat tergantung kepada visi pemilik dan direksi perusahaan. Transformasi bermula dari penetapan tujuan masa depan, seperti apa bisnis perusahaan 3-5 tahun yang akan datang? Aspirasi dari pemilik perusahaan, direksi dan karyawan dikumpulkan dan dirumuskan menjadi visi, misi dan strategic direction perusahaan. Dengan berkaca pada kondisi usaha saat ini, apakah kita mampu meraih masa depan tersebut? Ukur kemampuan perusahaan dengan SWOT analysis, sehingga kita dapat melihat gap perusahaan dalam mewujudkan tujuan jangka panjang tersebut. Bagaimana mengatasi kesenjangan yang ada? Langkah-langkah kecil akan menghasilkan perubahan yang tidak berarti, hasil yang berarti hanya bisa dicapai dengan perubahan yang berarti, yakni dengan melakukan transformasi usaha dan atau budaya perusahaan. Dalam menjalankan transformasi, perlu disusun strategi berikut langkah-langkah untuk mencapai tujuan.  Sejumlah program transformasi yang bersifat strategis diluncurkan. Program-program tersebut harus memiliki tujuan yang jelas dan didukung oleh sumber daya yang memadai, antara lain anggaran dan SDM. Direkur Utama perusahaan menjadi Chief of Transformation, yang menggaungkan dan mengajak semua pihak untuk terlibat dalam kegiatan transformasi. Komunikasi dibangun dengan seluruh karyawan yang menyampaikan manfaat transformasi bagi perusahaan dan karyawan serta melaporkan kemajuan program transformasi secara berkala.  

Dalam kesempatan ini, saya mengulas transformasi bisnis yang terkait dengan pengembangan produk dan layanan baru, atau inovasi baru untuk mengembangkan kurva kedua bisnis perusahaan. Bisnis yang kita jalankan saat ini mungkin sudah memasuki kurva jenuh sehingga kita harus mengembangkan produk dan layanan baru yang berbeda dari yang ada saat ini. Bisnis baru tersebut digali dari dalam dan dari luar perusahaan dengan melihat perkembangan gaya hidup masyarakat dan teknologi masa depan. Produk dan layanan dikembangkan apakah untuk layanan B2B (Business to Business), B2G (Business to Government) atau B2C (Business to Consumer). Apapun yang menjadi sasaran pelanggan anda, perlu diperjelas rancangan produk dan atau layanannya. Untuk menghasilkan produk dan layanan berkualitas serta direspons pasar dengan baik, perlu dilakukan kajian tentang product and service development, marketing and sales plan, operation support, Customer Relation Management, Billing and Collection hingga Loyalty Program-nya.

Peran teknologi sangat berperan dalam pengembangan bisnis baru, apakah dalam bidang marketing & sales, operation & production atau kegiatan pendukung perusahaan (enterprise services) yang kesemuanya sudah berbasis digital. Berbagai aplikasi teknologi diperlukan untuk online sales and marketing, Customer Experience Management, Project Management, Procurement, Inventory,  Human Capital Management, Accounting and Financial System, dll.

Dibidang operasi dan pelayanan, teknologi baru seperti penggunaan robot, drone, Internet of Things, Artificial Intelligent, Big Data, Telecommunication Network and IT system, membutuhkan SDM yang kompeten dan proses bisnis baru. Transformasi kompetensi SDM dan budaya perusahan perlu dilakukan, agar kesiapan produk dan layanan serta SDM yang merancang dan mengoperasikannya dapat tersedia pada waktunya.

Demikian pula kehadiran layanan baru yang mendayagunakan SDM dan mesin perlu dibuat proses bisnisnya agar pelayanan berjalan memuaskan dan gangguan operasional dapat dikendalikan serta diperbaiki secara cepat. Perlu dilakukan otomatisasi proses bisnis perusahaan  yang disebut sebagai digitizing process. Proses bisnis baru diciptakan berbasis digital, dimana sebagian pekerjaan dilakukan oleh software aplikasi, kehadiran SDM lebih dititikberatkan kepada system persetujuan dan control. Transformasi proses bisnis digital ini membutuhkan SDM, biaya pembuatan aplikasi dan teknologi pendukungnya.

Sebagai eksekutif perusahaan, anda dituntut untuk mencapai tujuan jangka pendek berupa Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAP) dan tujuan jangka panjang perusahaan. Apakah anda bermaksud melakukan digital transformation yang berpeluang membawa keberhasilan jangka panjang, atau hanya sekedar memperbaiki efektivitas bisnis saja, misalnya dengan menyempurnakan proses bisnis atau memperbaiki kualitas produk dan layanan saja? Transformasi membutuhkan sumber daya yang sangat besar dan belum tentu berhasil. Segera lakukan keputusan, apakah anda akan melakukan disrupsi bisnis atau bisnis anda yang akan didisrupsi oleh perusahaan lain. [lumumba]