e2consulting.co.id – Pembahasan kita kali ini tentang kehebatan para super-apps yang telah mendominasi pasar bisnis digital di dalam negeri. Perusahaan super-apps merupakan start-up yang tumbuh dan berkembang serta menguasai pasar digital secara berarti. Mereka terlahir sebagai digital company yang senantiasa melakukan transformasi digital dalam mengembangkan usahanya. GoJek yang tadinya sebagai perusahaan ride hailing telah bertransformasi menjadi pelaku usaha e-commerce. Lima perusahaan start-up yang beroperasi di Indonesia telah berhasil menjadi unicorn. Para super-apps ini terus mengembangkan usahanya, sesuai dengan janji yang diberikan kepada investor untuk bertumbuh dan berkembang. Kehadiran super-apps ini telah memutar roda perekonomian dan menciptakan lapangan kerja yang banyak bagi masyarakat. Namun kehadiran mereka juga merupakan ancaman bagi para pelaku usaha lainnya, karena pelaku super-apps memiliki skala ekonomi yang sangat besar dalam menjalankan bisnis sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih baik dan harga yang lebih murah.
Kehadiran Amazon di Amerika Serikat yang bermula sebagai penjual buku online, secara bertahap berkembang menjadi penyedia layanan e-commerce, cloud network dan transportation & logistics. Demikian pula Alibaba dan Tencent merupakan dua raksasa yang menguasai pasar e-Commerce di China. Di Jepang terdapat Softbank dan Rakuten yang menguasai pasar e-Commerce hingga menjadi Operator jaringan telekomunikasi dan internet. Apakah fenomena ini akan terjadi di Indonesia juga? Baru-baru ini kita mendengar khabar bahwa GoJek akan membeli bank Artos Parahyangan yang berpusat di Bandung. Hal ini akan menjadi pijakan GoJek dalam membangun ekosistem yang lengkap, ada layanan e-Commerce, ride-hailing, lending, donation, payment system hingga akhirnya bank yang menjadi tempat menyimpan uang. Tokopedia dan Bukalapak yang memiliki layanan sejenis, berpeluang akan mengembangkan usahanya di bidang payment system dan perbankan pula. Dengan jumlah pelanggan yang sangat besar, mereka sangat efektif dan efisien dalam mengelola pelanggannya, senantiasa berupaya menjadi penyedia layanan one stop services. Dengan teknologi digital yang dimiliki, pelaku super-apps mampu mengolah data menjadi informasi pelanggan melalui sistem data analytics, memasang sensor Internet of Things (IoT) di sisi pelanggan untuk mengikuti perkembangan pelanggan terkini, serta menggunakan teknologi Machine Learning (ML) untuk melakukan prediksi kebutuhan pelanggan kedepan, sehingga mereka dapat menawarkan berbagai kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan pelanggan.
Jasa pengiriman (delivery) merupakan bagian penting dalam layanan e-Commerce. Perubahan kebutuhan pelanggan yang menghendaki waktu kirim yang cepat, pick-up services, keamanan dan keselamatan barang serta harga layanan yang terjangkau. Layanan one day service dan pick-up services yang ditawarkan oleh Amazon menyebabkan pelanggan grocery dan department store ramai-ramai berpindah ke Amazon. Pengiriman yang cepat dan aman menjadi perhatian utama Amazon. Mereka mengembangkan sistem pergudangan digital dan transportasi Prime Air, yang memastikan delivery kurang dari 24 jam di wilayah tertentu di AS dapat dipenuhi. UPS dan FedEx yang menjadi partner utama Amazon, tentunya sudah mengantisasipasi bahwa suatu saat akan ditinggalkan Amazon. Demikian pula Alibaba memiliki sistem transportasi yang mampu mengirim barang secara cepat kepada pelanggan. GoJek yang memiliki layanan ride-hailing, berpeluang besar menjadi penyedia layanan pergudangan dan transportasi. Demikian pula Tokopedia, Bukalapak, OVO dan Traveloka berpotensi untuk melakukan hal yang sama. Berbagai mata rantai bisnis yang menjadi kebutuhan masyarakat umum akan mudah disediakan oleh super-apps.
Bagaimana perusahaan tradisional yang menjadi pelaku bisnis di berbagai sektor barang dan jasa? Pada tahun 2025, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia berpotensi meningkatkan Produk Domestik Bruto sebesar 150 miliar dollar AS (Harian Kompas, 18 Oktober 2019). Perusahaan penyedia jasa seperti perbankan, asuransi, transportasi dan logistik, layanan umroh dan kesehatan akan mendapat tantangan dari super-apps yang mampu menyediakan layanan lebih berkualitas dan lebih murah. Perusahaan yang dikelola secara tradisional harus bertransformasi menjadi digital company agar mampu menjadi partner strategis dari super-apps dan menjadi pendukung layanan e-Commerce lainnya di dalam negeri.
Untuk bertransformasi menjadi digital company, langkah pertama perusahaan tradisional adalah meninjau ulang bisnis yang dijalankan sekarang ini apakah masih relevan, atau perlu mencari bisnis baru atau mengembangkan bisnis turunan dari produk/layanan saat ini. Pemilik usaha dan direksi perlu melakukan pengkajian khusus tentang rencana pengembangan bisnis yang akan dilakukan. Bisnis impian yang akan diraih tersebut perlu dikomunikasikan kepada seluruh karyawan dan stakeholder utama untuk mendapatkan dukungan dalam pelaksanaannya. Perusahaan asuransi misalnya membentuk unit Insurtech, bank membentuk unit Fintech, perusahaan travel agent membentuk layanan umroh dan beyond travel services, serta perusahaan logistik dan transportasi memberikan layanan pick-up services yang lebih baik dan lebih murah. Pelaku usaha tradisional memiliki beban usaha yang berat karena dituntut untuk mencapai target perusahaan jangka pendek, antara lain target revenue dan profit tahunan. Namun, disisi lain pemimpin perusahaan juga harus memikirkan rencana pengembangan bisnis jangka panjang, khususnya menghadapi gempuran start-up maupun super apps yang senantiasa dapat membuat perusahaan bangkrut.
Setelah rencana pengembangan bisnis ini ditetapkan maka ditindaklanjuti dengan rencana kerja pengembangan usaha. Hal utama yang perlu dipersiapkan adalah membangun dream team yang menjadi motor pengembangan usaha baru, dengan semangat juang dan budaya kerja baru serta mampu berkolaborasi dengan berbagai pihak. Team perubahan ini dapat melibatkan SDM yang berhasil dan berpengalaman di bidang bisnis tradisional dan ditambah dengan SDM baru yang paham dengan digital bisnis, penggunaan teknologi dan IT serta data-analytics. Sebagai digital company, perusahaan harus mengembangkan produk dan layanan yang menghasilkan Operation Process yang Excellent, Customer Process yang memuaskan dan Business Model yang beragam.
Operation Process yang Excellent dilakukan dengan membangun proses bisnis yang ramping (lean) dan lincah (agile) serta menggunakan aplikasi software. Hal ini dapat terjadi pada proses marketing, sales & customer operation, produksi dan operasi, serta di bidang usaha pendukung seperti SDM, keuangan, logistik, asset management dan administrasi perkantoran. Upaya digitalisasi ini akan menghasilkan produk yang lebih berkualitas, layanan yang lebih baik /lebih cepat, harga produksi yang lebih murah dan produktivitas kerja yang lebih tinggi.
Customer Process yang mengarah kepada customer centric dibangun untuk meningkatkan hubungan dengan pelanggan, melalui penciptaan produk dan layanan berkualitas, pemahaman tentang produk yang dibeli atau pola berlangganan jasa oleh pelanggan, dan pemahaman profil pelanggan tentang pemakaian produk dan layanan yang digunakan. Data diolah menjadi informasi dengan menggunakan data-analytics sehingga mampu menawarkan produk dan layanan yang lebih tepat bagi pelanggan. Hubungan dengan pelanggan dibina melalui program loyalitas pelanggan dan komunikasi yang efektif sehingga terbentuk hubungan emosional yang kuat dan saling menguatkan. Diharapkan pelanggan akan mengadvokasi produk dan layanan kepada orang lain.
Business Model merupakan upaya perusahaan untuk mendapatkan revenue dan keuntungan yang memadai. Selama ini pola penjualan yang umum dilakukan adalah melalui beli putus, kontrak berlangganan, pra-bayar (pre-paid). Di masa depan, perusahaan harus mampu mengembangkan model kerjasama dengan pelanggan, apakah menggunakan sistem sewa, bagi hasil (revenue sharing), pembayaran melalui iklan atau oleh pihak ketiga, pembayaran setelah penjualan berhasil dan berbagai model bisnis lainnya, yang sesuai dengan kemampuan keuangan pelanggan.
Sebagai perusahaan tradisional, anda harus bertransformasi menjadi digital company, agar menjadi mitra yang setara dengan perusahaan super-apps dan memenangkan pasar digital di Indonesia. Jika tidak, maka perusahaan hanya menunggu waktu untuk bangkrut. Pemerintah perlu mendorong dan membina para perusahaan tradisional untuk bertransformasi digital, dengan memberikan penyuluhan dan bantuan teknis dalam bidang bisnis, teknologi serta pengembangan SDM. [lumumba sirait]