e2consulting.co.id – Kehadiran layanan internet broadband dan e-Commerce telah menghasilkan pertumbuhan bisnis logistik yang sangat besar di seluruh dunia. Perusahaan maupun masyarakat membutuhkan layanan pengiriman barang, dokumen, makanan hingga kebutuhan sehari-hari (grocery). Perusahaan e-Commerce seperti Amazon, Alibaba, Tokopedia, Bukalapak, Gojek, Grab, dan lain-lain, menawarkan berbagai barang dan jasa untuk dihantarkan kepada pelanggan pada kesempatan pertama atau secepat mungkin. Demikian juga, jualan online yang dilakukan oleh pribadi-pribadi sangat bertumbuh pesat berkat kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi terhadap mutu dan delivery barang/jasa yang di order.
Jasa logistik di Indonesia sudah ada lebih dari seratus tahun, yang dirintis oleh layanan Kantor Pos. Pengiriman surat, uang dan barang telah menjangkau seluruh pelosok tanah air, berkat adanya kantor pos di seluruh kecamatan. Jaman sudah berubah, kebutuhan masyarakat terutama di perkotaan akan pengiriman dokumen dan barang semakin meningkat. Misalnya, kebutuhan pengiriman barang-barang textil dan kebutuhan bahan pokok, pengiriman undangan pernikahan dan dokumen-dokumen penting, hingga baru-baru ini kebutuhan akan pengiriman makanan yang harus sampai segera dan tetap higienis. Peluang bisnis ini dibidik oleh perusahaan logistik lokal maupun asing. Perusahaan TiKi, J&T Express dan JNE Express menjadi kurir domestik utama di dalam negeri, sementara untuk pengiriman ke luar negeri dikuasai oleh perusahaan asing dari Amerika Serikat seperti DHL, FedEx, US Postal, serta perusahaan logistik dari Jerman, Jepang dan lain-lain.
Baru-baru ini kita mendengar khabar tentang PT. Pos Indonesia yang terlambat membayar gaji pegawainya. Apa yang terjadi dengan PT. Pos Indonesia ditengah bisnis logistik yang bertumbuh pesat? Bisnis mereka telah terdisrupsi oleh layanan operator telekomunikasi selular 20 tahun lalu, seiring dengan kehadiran layanan SMS. Pengiriman surat pribadi sudah jauh menurun volumenya, sementara layanan logistiknya tidak selincah perusahaan kurir yang lebih kecil dan perusahaan transportasi udara, kereta api, bis dan truk. PT. Pos Indonesia masih berpeluang bangkit kembali karena pasar e-commerce ke depan masih sangat besar. Yang perlu dilakukan adalah transformasi pengelolaan usaha dan budaya perusahaan untuk mampu memenangkan pasar.
Bisnis jasa logistik bermula dari layanan terpadu penyimpanan barang (warehousing) dan pengiriman (delivery) dari pabrik kepada toko-toko penjual (retailer). Pabrikan yang memproduksi barang, mengirimkan hasil produksinya kepada perusahaan jasa logistik untuk disimpan dan didistribusikan ke kota-kota lain untuk selanjutnya disalurkan kepada pengecer. Mereka memiliki gudang dan armada truk serta bekerjasama dengan perusahaan penerbangan, kapal laut dan kereta api. Business modelnya, produsen barang menjadi pihak pertama, pengecer barang menjadi pihak kedua dan perusahaan logistik menjadi pihak ketiga. Pihak ketiga yang disebut sebagai third party logistics (3PL) berperan sangat besar dalam menjamin kestabilan pasar dan kontinuitas barang di pasar. Pada umumnya 3PL melayani berbagai pelanggan pihak pertama karena lebih efektif dan efisien daripada membangun sistem logistik sendiri. Namun adakalanya, sistem logistik masih bersifat partial, perusahaan berfungsi sebagai penyedia gudang atau ekspedisi saja.
Dengan perkembangan e-Commerce yang sangat pesat, model bisnis jasa logistik juga mengalami perubahan. Sebagai contoh, Amazon sebagai perusahaan e-Commerce terbesar di dunia, memiliki gudang di beberapa kota besar di Amerika Serikat, yang menyimpan ratusan ribu jenis barang yang cepat laku di pasaran. Mereka menggunakan robot, Artificial Intelligent dan Augmented Reality serta Data Analytics dalam mengelola order, pengiriman barang hingga inventory system barang. Misalnya untuk manajemen inventory and delivery, teknologi modern tersebut diatas digunakan di gudang supaya pengiriman barang tepat sesuai order pelanggan, penyimpanan dan pengeluaran barang mudah dan cepat, demikian pula pengaturan loading dan unloading truk secara efisien. Demikian pula pada saat delivery, teknologi modern digunakan untuk mengatur pengiriman barang melalui penerbangan, kapal laut atau truk hingga penghantaran kepada pelanggan, serta menggunakan system tracking dan bahkan monitoring terhadap barang-barang yang perlu dikondisikan suhunya. Mereka mencanangkan pengiriman maksimum 2 x 24 jam di wilayah Amerika Serikat dan ke depan akan menjadi maksimum 1 x 24 jam.
Demikian pula barang-barang yang dijual, sudah menyasar kepada grocery atau kebutuhan sehari-hari yang membutuhkan pengiriman barang segera dan dalam kondisi fresh tiba di rumah pelanggan. Amazon bekerja sama dengan US Postal, FedEx dan DHL untuk menghantarkan barang dari gudang mereka kepada pelanggan. Namun, saat ini Amazon sudah membangun armada penerbangan sendiri yakni Prime Air, yang melayani pengiriman paket di rute-rute “gemuk”, khususnya untuk mewujudkan delivery kurang dari 24 jam. Hal yang sama juga sudah diantisipasi oleh perusahaan e-Commerce yang lain seperti Alibaba, Softbank, dan Rakuten. Mereka akan membangun jaringan logistik sendiri untuk memastikan pengiriman barang yang cepat.[Lumumba Sirait]