e2consulting.co.id – Baru-baru ini presiden Amerika Serikat (US) Donald Trump telah mengultimatum TikTok untuk menjual sahamnya ke perusahaan US, jika tidak maka TikTok akan dilarang beroperasi di US. TikTok sangat digandrungi diseluruh dunia, termasuk di US, digandrungi kaum muda atau generasi Z maupun generasi yang lebih tua. Layanan ini begitu populernya sehingga mengkhawatirkan pemerintah US akan bocornya data-data masyarakat US ke pemerintah Tiongkok.

TikTok adalah salah satu social media platform in the world yang bertumbuh sangat cepat, yang menyajikan versi alternatif dari layanan online sharing. TikTok merupakan salah satu layanan dari perusahaan ByteDance yang didirikan pada tahun 2012 di Tiongkok oleh sang founder Zhang Yimin yang baru berusia 35 tahun. Zhang memulai usahanya dengan meluncurkan layanan Toutiao, yakni online news yang menggunakan Artificial Intelligent untuk menawarkan konten ke penggunanya. Pada tahun 2016, ByteDance meluncurkan layanan Douyin (TikTok versi Tingkok) dan tahun 2017 meluncurkan layanan TikTok untuk pasar luar Tiongkok.

ByteDance merupakan start-up yang mengalami peningkatan value perusahaan sangat fenomenal. Nilai perusahaan pada tahun 2018 baru sebesar 75 Miliar USD, namun meningkat pesat pada tahun 2020 menjadi 140 Miliar USD. TikTok telah menggemparkan dunia terutama setelah pandemi Covid-19 melanda dunia, dimana akibat lockdown atau PSBB menyebabkan masyarakat dunia tinggal di rumah serta sibuk mencari hiburan. Mereka berbondong-bondong mengunduh aplikasi TikTok dan membuat konten Video singkat yang menarik.

ByteDance memiliki 3 portfolio layanan, yakni Media and Entertainment (Video, Music & Mobile Gaming), Internet (News, Search & e-Commerce) dan Other (Messaging, Enterprise productivity, Education, Cloud Infrastructure dan Hardware/Smartphone). Untuk setiap produk/layanan ByteDance selalu memiliki 3 kunci keuntungan, yakni :

  1. A young and highly engaged user base : Seperti Facebook, ByteDance secara aktif memberdayakan anak muda untuk menggerakkan pertumbuhan layanan.
  2. Product engineered for virality : Melalui Tiktok, ByteDance secara nyata menggunakan data analytics yang melakukan profiling pengguna TikTok sehingga mereka terus asyik menikmati konten yang disajikan. Top-50 dari creator TikTok memiliki follower yang melebihi jumlah penduduk Mexico, Canada, UK dan Australia secara keseluruhan.
  3. Personalization and recommendation algoritm : ByteDance tidak semata-mata berfungsi sebagai platform bagi content creator, namun lebih jauh bekerja sebagai laboratorium Artificial Intelligent dengan mengkhususkan diri sebagai pengembang algoritma yang mencocokkan pengguna dengan konten, baik untuk layanan Video, musik dan berita.

Saat ini ByteDance sudah sejajar dengan global tech leaders seperti Google, Facebook, Amazon, serta dengan counterpart mereka di Tiongkok seperti Baidu, Tencent dan Alibaba. ByteDance sukses besar di pasar Internasional, khususnya karena layanan TikTok. Saat ini jumlah pengguna aktif TikTok sudah mencapai 800 juta dan TikTok berada pada posisi 9 daftar site media sosial. TikTok diterima pasar secara antusias terutama di Asia seperti Kamboja, Jepang, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam. TikTok sudah diunduh lebih dari 2 miliar kali di App Store dan Google Play. Pada triwulan pertama 2020 saja, terdapat 315 juta pengguna yang mengunduh aplikasi TikTok dari berbagai belahan dunia ini. Dibandingkan dengan media sosial Youtube, Instagram, Facebbok dan Snapchat, TikTok menempati urutan pertama daftar unduh di Apple App Store. TikTok digandrungi anak muda, dimana 41% dari penggunanya berusia 16 sampai dengan 24 tahun. Dari sisi waktu penggunaan, pengguna cukup kecanduan bermain TikTok yakni rata-rata 52 menit per hari.

Pasar terbesar TikTok terdapat di 3 negara besar yakni India, Tiongkok, dan US. Di India terdapat 611 juta yang mengunduh aplikasi TikTok. Terdapat 300 juta pengguna aktif setiap bulan yang menggunakan layanan TikTok, Vigo Video dan Helo, dimana diperkirakan 200 juta dari antaranya adalah pengguna TikTok. Di China terdapat 196,6 juta yang mengunduh aplikasi Douyin, sementara di US sebesar 165 juta mengunduh TikTok. Di US TikTok menghadapi tantangan kompetisi dari Facebook, Google dan Amazon. Ancaman yang paling serius adalah penutupan layanan di US apabila ByteDance tidak menjual TikTok ke perusahaan US, selambat-lambatnya tanggal 15 September 2020. Negosiasi bisnis telah dilakukan ByteDance dengan Microsoft namun belum ada titik terangnya. Khabar terbaru, TikTok bermaksud untuk memperkarakan Pemerintah US yang dianggap bertentangan dengan International Emergency Economic Power Act (Undang Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional). Sekalipun mengalami tekanan di US, TikTok bermaksud untuk memperluas pasarnya diseluruh dunia, dimana sang founder Zhang tidak lagi terlibat mengurusi pasar domestik Tiongkok, namun khusus memimpin usaha Internasional mulai tahun 2020 ini.

Pelajaran apa yang dapat diperoleh dari ByteDance atau TikTok?Sebagai perusahaan start-up mereka sangat cerdas dalam membangun value offering kepada pengguna layanan media sosial yang pasarnya sudah begitu kompetitif, yakni dengan memposisikan diri sebagai fasilitator bagi content creators dan membantu memviralkan konten tersebut berkat penggunaan teknologi Artificial Intelligent, sedemikian rupa sehingga pembuat dan pengguna layanan konten tetap setia menikmati konten-konten yang sesuai dengan seleranya. Dalam menjaring pasar, TikTok menyasar generasi Z yang belum digarap media sosial lainnya secara serius, dimana generasi ini memiliki sifat FOMO (Fear of Missing Out). TikTok tidak melakukan pendaftaran atau registrasi pada saat awal, pengguna dapat langsung menikmati konten sehingga hal ini mendorong mereka untuk mengunduh dan meniklmati layanan aplikasi tersebut serta mempromosikannya di media sosial lainnya, misalnya di Instagram. Dan yang tidak kalah penting lagi, layanan mereka diperlukan pada saat yang tepat, yakni pada saat pandemi Covid-19 melanda dunia.

Kita berharap agar perusahaan dalam negeri mampu menghasilkan layanan media sosial dan produk digital yang berskala global. Perlu dikembangkan ide-ide kreatif yang akan menghasilkan produk dan layanan yang dibutuhkan dimasa kini dan masa depan. Perpaduan antara seni, budaya, teknologi dan audio visual serta tata cahaya menjadi satu kompetensi yang diramu sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produk digital dan layanan media sosial berkelas dunia. Perusahaan media yang ada saat ini perlu bertransformasi digital agar mampu menghasilkan layanan media sosial yang kreatif dan menyenangkan. Demikian pula, Pemerintah perlu mendorong Perguruan Tinggi agar mengembangkan kurikulum inovasi dan kreativitas serta wawasan bisnis digital sehingga muncul kader-kader start-up yang mampu menghasilkan produk digital dan layanan yang dibutuhkan masyarakat dan korporasi tingkat dunia serta bisnisnya dikelola secara professional. Semoga!