e2consulting.co.id – Pandemi Covid-19 telah mengajarkan kita untuk menjaga dan memelihara kesehatan  tubuh serta sedapat mungkin menghindari keramaian, termasuk berkunjung atau berobat ke rumah-sakit, agar tidak terpapar virus Covid-19. Betapa pentingnya arti kesehatan sehingga kita harus rela untuk membelanjakan makanan, minuman, obat-obatan, supplement-food dan berbagai peralatan kesehatan serta membayar biaya berobat. Namun kesadaran masyarakat akan kesehatan belum meningkat secara berarti, masih banyak yang mengandalkan pengobatan daripada pencegahan penyakit. Tetapi sebagian kecil masyarakat sudah memiliki paradigma baru, yakni lebih baik mencegah daripada mengobati penyakit, karena sakit berdampak luas. Sakit menyebabkan produktivitas kerja menurun sehingga membebani Pemerintah dan atau Perusahaan serta keluarga.

Penjagaan kesehatan tubuh manusia dilakukan melalui Healthcare management, yang memadukan pemeliharaan kesehatan dan pengobatan sakit secara terpadu. Potensi bisnis Healthcare  sangat besar dan akan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan jumlah manusia yang sakit makin meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk dunia, terutama penduduk lanjut usia (manula), meningkatnya penyakit degeneratif seperti diabetes, stress dalam menghadapi pekerjaan, pola makan yang kurang sehat serta kurangnya berolahraga. Pengobatan penyakit menjadi beban bagi Pemerintah, karena harus membayar tagihan berobat bagi Aparat sipil Negara (ASN) dan masyarakat umum melalui BPJS. Sementara BUMN dan perusahaan swasta wajib menyediakan layanan kesehatan mandiri ataupun melalui BPJS bagi karyawannya. Biaya pengobatan yang ditanggung Pemerintah, BUMN dan perusahaan swasta setiap tahunnya semakin meningkat, karena biaya berobat yang makin mahal dan tingkat kesehatan masyarakat yang makin menurun.

Pengelolaan layanan Healthcare sejauh ini masih tertinggal dibandingkan dengan sektor industri lainnya, yang sudah menggunakan teknologi digital didalam business value chain-nya sehingga lebih efektif dan efisien. Dalam industri Healthcare terdapat para pihak terkait, yakni pasien, dokter dan tenaga medis, rumah sakit, pabrik obat-obatan serta pihak yang membayar tagihan. Para pihak ini memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan layanan yang bernilai (value based). Pengelolaan layanan kesehatan di seluruh dunia masih bersifat transaksional, belum value-based, dimana masing-masing pihak menjalankan tugasnya sendiri-sendiri, belum terintegrasi, sehingga pelayanan kesehatan belum berjalan efektif dan efisien. Misalnya di Indonesia, sering pasien kesulitan untuk mendapatkan layanan kesehatan yang bermutu, biaya berobat yang mahal, hasil pemeriksaan dokter yang kurang meyakinkan sehingga mencari second opinion atau berobat ke luar negeri, pelayanan rumah-sakit yang kurang memuaskan, tunggakan BPJS yang tinggi kepada rumah sakit, dan penggunaan anggaran BPJS yang kurang efektif karena banyak digunakan untuk mengobati penyakit atau tindakan dokter tertentu. Hal ini menjadi tantangan bagi Pemerintah untuk menata sistem Healthcare yang memuaskan para stake-holder.

Peluang Healthcare telah ditangkap oleh perusahaan digital seperti FAMGA (Facebook, Apple, Microsoft, Google dan Amazon) dan perusahaan IT lainnya. Mereka mengambil porsi di ekosistem digital Healthcare, sesuai dengan core-businessnya. Misalnya, Amazon telah mengembangkan pengobatan penyakit kanker dan asuransi kesehatan digital. Digitalisasi dalam layanan Healthcare dilakukan dengan menggunakan teknologi digital DNA (Device, Network, Application) dan Business Platform, yang tergabung dalam ekosistem Healthcare.  Ekosistem Healthcare dapat meliputi pasien, dokter dan tenaga medis, rumah sakit, pabrik obat, pemasok Devices, peralatan rumah-sakit dan laboratorium, penyedia software aplikasi, Cloud Computing, serta perusahaan asuransi. Device dapat berupa smartphone atau wearable devices dipergelangan tangan, peralatan diagnosa atau scanning serta robot yang bekerja melakukan tindakan operasi. Network berupa jaringan Internet tetap atau selular atau IoT Network yang menyalurkan data-data dari Device ke Business Platform dan sebaliknya.  Application merupakan software yang dirancang khusus untuk menjalankan monitoring atau pengukuran, pemeriksaan atau tindakan di dalam tubuh manusia, serta manajemen pengelolaan layanan kesehatan dari organisasi terkait (misalnya rumah sakit, pabrik obat, Asuransi Kesehatan dan BPJS). Business Platform merupakan server yang melakukan Cloud Computing sesuai dengan Application software yang dilayani. Device mengumpulkan data  dari tubuh kita, dikirimkan melalui Network, selanjutnya diproses aplikasi sehingga menghasilkan informasi yang menjadi kesimpulan serta prediksi kondisi kesehatan kita. Informasi ini menjadi dasar bagi dokter atau para medis untuk tindakan selanjutnya.

Bagaimana dengan implementasi digital Healthcare di Indonesia?  Kita masih ditingkat paling bawah dalam implementasi digital Healthcare, masih banyak yang harus dilakukan, mulai dari membangun kesadaran (awareness) Pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat. Namun kita perlu mempelajari lebih jauh tentang langkah-langkah yang dilakukan global digital Healthcare company, agar pelaku usaha Healthcare di Indonesia dapat segera mengikutinya. Pemerintah perlu melakukan digitalisasi proses bisnis di berbagai kegiatan  rumah sakit dan BJS agar layanannya dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat dan pelayanannya memuaskan. Terdapat 5 proses bisnis utama yang perlu didigitalisasi yakni :

  1. Akses digital untuk berobat : Pasien dapat mengakses Puskesmas, Rumah Sakit dan BPJS untuk mendaftar berobat secara online atau melalui aplikasi.
  2. Digitalisasi layanan Rumah Sakit : Aplikasi menyediakan daftar dokter yang dapat dikunjungi dan sarana rumah sakit rawat inap yang tersedia, status pengobatan serta database pasien.
  3. Digitalisasi layanan BPJS : Aplikasi yang dapat diakses anggota, status keanggotaan, pembayaran iuran, pemakaian obat yang tersedia, perawatan yang dijalani serta riwayat penyakit pasien.  
  4. Penyediaan sarana Cloud Computing dan Data Analytics bagi Rumah Sakit dan BPJS : semua kegiatan pasien disimpan di Cloud Network dan termasuk Electronics Health Records (EHR) untuk setiap pasien sehingga mempermudah dokter untuk melakukan diagnosa serta evaluasi. Layanan ini dimulai dari rumah sakit Pemerintah dan selanjutnya diikuti oleh rumah sakit swasta.
  5. Digitalisasi layanan pharmacy :Aplikasi yang menghubungkan antara pabrik obat dalam negeri, pemasok obat luar negeri, rumah sakit dan BPJS. Hal ini untuk memastikan ketersediaan obat yang mencukupi dan merata di seluruh tanah air,  pengendalian harga obat dan evaluasi pemakaian obat-obatan serta untuk menghindari peredaran obat palsu.

Disamping melakukan digitalisasi proses bisnis di layanan kesehatan, Pemerintah perlu melakukan edukasi masyarakat, dokter, rumah sakit dan para pihak lainnya untuk mulai menjalankan value based Healthcare dengan cara :

  1. Mendidik masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan melalui anjuran hidup sehat dan menggunakan Device secara teratur untuk memonitor kondisi tubuh.  
  2. Meningkatkan mutu layanan kesehatan oleh rumah sakit Pemerintah/swasta.
  3. Meningkatkan kompetensi dokter dan paramedis di bidang teknologi digital.
  4. Mendorong perusahaan swasta untuk meningkatkan kesehatan karyawannya, khususnya mulai menggunakan layanan digital Healthcare.
  5. Mendorong perusahaan layanan kesehatan nasional untuk masuk ke bisnis digital Healthcare. Hal ini berlaku juga bagi perusahaan start-up nasional yang sudah maju.
  6. Mendorong lahirnya start-up dibidang Healthcare. Para mahasiswa dan lulusan jurusan biomedic di perguruan tinggi diberi modal dan dukungan manajemen, agar mampu mengembangkan produk atau jasa kesehatan berbasis digital.
  7. Mendorong pabrik obat Nasional untuk lebih berperan dalam perwujudan digital Healthcare.
  8. Bekerja sama dengan Pemerintah asing atau global digital company untuk mengembangkan layanan digital Healthcare di Indonesia.

Para start-up dan perusahaan IT global di bidang Healthcare saat ini bekerja keras untuk mengembangkan produk dan layanan digital Healthcare. Sekalipun kita masih tertinggal dengan negara maju, kita harus terlibat dan turut ambil bagian dalam mengembangkan produk dan layanan digital Healthcare yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Jika tidak bertindak cepat maka kita hanya sebagai pengguna produk atau jasanya saja, alias kita cuma sebagai penonton. The winner takes all!