e2consulting.co.id – Tulisan kali ini mengulas tentang Digital Lifestyle yakni gaya hidup baru dalam berjualan, dimana  seseorang atau pelaku usaha melakukan transformasi digital di dalam menjual barang atau jasa untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Beragam inovasi dilakukan pelaku usaha kuliner skala mikro, kecil dan menengah. Era disrupsi menggeser metoda penjualan secara konvensional. Bukan sekedar merangkul teknologi, rasa, warna, hingga merek pun dibuat semenarik mungkin untuk menggaet konsumen – Gairah kebaruan Semesta Kuliner, KOMPAS 27 Oktober 2019. Kepiting Nyinyir adalah salah satu contoh usaha yang dibangun dari rumah untuk layanan pesan antar. Gerai itu memutar balikkan asumsi bahwa bisnis kuliner harus dilengkapi ruang bersantap. Kepiting Nyinyir berdiri tahun 2016, saat ini sudah memiliki 3 gerai, dan akun Instagramnya sudah diikuti 107.000 warganet.

Kehadiran teknologi digital telah membantu masyarakat dan pelaku usaha untuk jualan secara online. Masyarakat yang mager (malas gerak) diberi kenyamanan untuk memesan makanan melalui online. Demikian pula jualan pakaian, asesoris, peralatan dan lain-lain sudah semakin marak melalui online. Harga yang ditawarkan melalui online adakalanya jauh lebih murah, demikian juga ongkir (ongkos kirim)-nya cukup terjangkau, sehingga masyarakat semakin gandrung belanja melalui online.

Gaya hidup baru di jaman now dapat bekerja dimana saja, dirumah, di café atau pun di tempat co-working space. Produktivitas manusia semakin meningkat dengan kehadiran teknologi digital dalam bekerja, termasuk melakukan pemasaran dan penjualan barang atau jasa secara online. Penjual aktif memasarkan web-site-nya, menawarkan berbagai barang dan jasa yang menarik, melakukan penjualan sesuai dengan permintaan pelanggan, mengumpulkan data-data pelanggan atau follower dari produk dan layanan yang dijual serta senantiasa melakukan  update status jualannya di media sosial.

Produk dan layanan merupakan daya tarik utama dari proses penjualan. Produk dan layanan yang bernilai atau berguna akan menarik perhatian orang untuk membeli. Produk yang ditawarkan dapat berupa barang yang diproduksi sendiri, ataupun barang yang diproduksi orang lain. Produsen barang senang karena barangnya dijual pihak ketiga sehingga nilai penjualannya meningkat. Lapak jualan dapat berupa baju, tas, asesoris, kosmetik, obat-obatan herbal, minyak hingga perawatan tubuh. Untuk para pria biasanya juga mencakup pakaian, tas, peralatan elektronik, asesoris kendaraan dan peralatan olahraga. Selain jualan barang, jualan jasa juga dilakukan secara online. Jasa yang ditawarkan antara lain penginapan, jasa transportasi seperti tiket pesawat, jual pulsa, pembayaran tagihan bulanan, salon, pijat, pembantu rumah-tangga, pembersihan rumah dan binatang.

Kualitas barang dan layanan menjadi faktor penting dalam jualan online. Pelanggan sering kecewa karena barang yang diperoleh tidak seperti yang terlihat dalam gambar. Gaya belanja generasi millennial dan Z dalam berbelanja berbeda dengan generasi X dan sebelumnya. Generasi muda masa kini percaya dengan sistem online tanpa melihat atau menyentuh langsung barang yang akan dibeli. Sementara generasi yang lebih tua, sangat berhati-hati dalam membeli. Perlu merasakan dulu ukuran, bahan dan kualitas barang yang dibeli. Apabila barang yang dibeli mengecewakan, maka generasi millennial dan Z memberikan penilaian negatif yang dapat merusak reputasi penjual. Sekali reputasi terbangun, maka orang-orang akan berdatangan membeli, sebaliknya, sekali reputasi rusak, maka pelanggan dan calon pelanggan segera pergi. Seorang teman membuka bisnis cetak sablon dan souvenir dengan bentuk yang menarik atau unik. Disamping menjual produk, dia membuat database pelanggan dan aktif memperbaharui statusnya di Instagram dan WA. Hasilnya, pelanggan baru bertambah dan repeat order meningkat. Orang hanya perlu datang sekali untuk memastikan reputasi penjual, kualitas barang dan layanan yang diberikan. Setelah itu, semua berjalan berdasarkan azas saling percaya.

Promosi menjadi sarana penting untuk melakukan penjualan. Promosi diawali dengan penawaran langsung kepada teman-teman dan komunitas, setelah itu meningkat dengan membuat portal jualan online, promosi di internet (Facebook, Youtube, Instagram dll). Peran testimoni pembeli menjadi sangat penting untuk menarik calon pelanggan untuk membeli. Membangun trust atau kepercayaan menjadi keharusan dalam bisnis online. Hubungan dengan pelanggan dibangun melalui followership. Penjual barang dan jasa senantiasa perlu membina hubungan dengan pelanggan, rajin memutahirkan statusnya di media sosial sehingga senantiasa diikuti para follower-nya.

Pricing atau harga menjadi penentu dalam berbelanja. Harga yang murah dan terjangkau mendorong orang untuk segera membeli, sementara harga yang mahal menyebabkan orang segera berpaling. Berbagai model bisnis dilakukan seperti buy one get one for free, cash-back, dan sistem discount. Pembayaran pada umumnya dilakukan melalui transfer antar rekening. Pembeli mengambil risiko dengan mentransfer sejumlah uang kepada penjual, dengan harapan penjual terpercaya dan segera mengirimkan barang atau jasa yang diminta. Tidak sedikit orang yang komplain karena barang tidak diterima atau penjual ternyata penipu. Ada juga layanan Cash on Delivery, yang pada umumnya disediakan perusahaan e-Commerce yang besar. Masyarakat Indonesia cukup mempercayai penjualan barang dan jasa online, terbukti mereka berani mengambil risiko dengan mentrasfer uang terlebih dahulu.

Place atau tempat jualan online dapat berupa toko fisik maupun virtual (digital) yakni berupa web-site. Penjual barang menghimpun sejumlah barang atau jasa dari berbagai sumber di gerai fisik atau digitalnya. Gerai tersebut bisa saja berupa kios/toko, namun banyak juga yang dijalankan dari rumah. Sumber barang, ada kalanya diimpor langsung dari luar negeri, misalnya dari China, Taiwan, Thailand dan Korea, namun ada juga yang diproduksi sendiri, barang yang dibeli putus  ataupun titipan orang lain. Delivery menjadi faktor penting dalam pengiriman barang ke pelanggan. Adanya layanan Go-send dari Go-Jek, Tiki, JNE dan kurir lainnya menyebabkan proses pengiriman barang dapat berlangsung cepat dengan harga yang kompetitif. Delivery oleh kurir di Indonesia pada umumnya sampai kepada penerima, serta proses delivery-nya cukup memuaskan, karena kurir bekerja hingga malam hari. Status pengiriman barang terpantau dan jarang barang yang rusak pada saat pengiriman.

Ecosystem jualan online di Indonesia sudah terbangun dengan baik berkat trust yang dibangun antara penjual dan pembeli serta didukung oleh sistem pembayaran dan delivery yang cukup memuaskan. Pelaku e-Commerce besar telah membuat jualan online menjadi gaya hidup, yang kita sebut layanan B2C (Business to Customer). Sementara jualan online B2C oleh UMKM dan C2 C (Customer to Customer), juga semakin berkembang. Untuk mengembangkan bisnis B2C dan C2C, perlu business coach, yang menuntun pengusaha atau individu yang belum berhasil maupun yang sudah berhasil untuk bangkit dan bertumbuh lebih besar lagi. Sebagai penjual online, anda perlu meningkatkan business skills, customer relation management, pengelolaan keuangan dan pajak serta SDM. Semoga bisnis anda tumbuh berkembang dan menjadi pengusaha yang sukses serta bisnis online B2C dan C2C semakin bertumbuh sehat di tanah air. [lumumba sirait]