e2consulting.co.id – PSBB sudah berjalan 5 bulan lebih, apa saja yang kita lakukan sebagai karyawan perusahaan atau sebagai Aparat Sipil Negara (ASN)? Kita masih ingat, bagaimana Presiden Jokowi marah di dalam rapat Kabinet beberapa bulan lalu karena penyerapan anggaran Pemerintah yang rendah. Ditengah pandemi Covid-19, bekerja Work From Home (WFH) merupakan pengalaman baru bagi sebagian besar bagi kita baik sebagai karyawan atau ASN. Hanya bagian penjualan (Sales) yang sudah terbiasa melakukan pekerjaan di luar kantor dan terhubung ke aplikasi sistem penjualan melalui Jaringan Internet, sehingga proses sales closing dapat ditindaklanjuti bagian back-room.

Bagaimana dengan karyawan yang duduk dibelakang meja, yang tiba-tiba harus WFH? Kita secara mendadak harus mempersiapkan ruangan kerja di rumah, jaringan Internet berbasis fixed atau mobile, komputer/smartphone, aplikasi Video Conference dan sistem pencahayaan ruangan. Disisi lain, sebagai ayah atau ibu, kita juga harus mendamping anak-anak belajar dari rumah serta mengerjakan tugas-tugas rumah lainnya. Dalam waktu yang bersamaan, kita harus mengikuti rapat kantor melalui Video Conference (Vicon) dan mengerjakan tugas kantor. Untuk menghindari kejenuhan, kita tidak lupa berolahraga dan menghibur diri sendiri. Kita bekerja multi tasking, sebagian bisa bekerja produktif namun banyak juga yang kurang produktif. Bagaimana ukuran keberhasilan kerja? Produktivitas kerja bisa diukur apabila ada proses bisnis yang baku dan waktu dalam menjalankan sebuah tugas serta kualitas yang dihasilkan. Ukuran produktivitas kerja sangat jelas dibidang produksi/pabrik, baik dari segi jumlah maupun kualitas produk yang dihasilkan. Kebanyakan perusahaan nasional diluar sektor produksi baru dalam tahap memilki dokumentasi proses bisnis, belum menjalankannya secara konsisten dan terukur. Seharusnya, perusahaan/instansi Pemerintah harus memiliki Business Process Management (BPM) untuk pekerjaan yang sifatnya berulang. Bagi perusahaan yang sudah memiliki BPM digital tidak masalah bekerja dari mana saja, karena proses sudah mengalir berdasarkan input-process-output yang jelas. Tidak heran kenapa perusahaan seperti Google, Twitter, Facebook dll telah memperpanjang WFH hingga tahun 2021. Bagaimana dengan perusahaan yang belum memiliki BPM digital atau pekerjaan yang tidak berbasis proses? Diperlukan kordinasi yang intensif agar setiap orang menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan hasil rapat Vicon yang telah disepakati. Melihat situasi pandemi Covid-19 ini, pencapaian kinerja perusahaan/instansi Pemerintah dapat dimaklumi karena hampir di seluruh dunia juga mengalami hal yang sama. Semua orang mengutamakan kesehatan fisik dan jiwanya, mempersiapkan quality time dengan keluarga, menjalankan ibadah dari rumah, disamping menjalankan tugas-tugas kantor.

Kita belum tahu sampai kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Perusahaan atau instansi Pemerintah harus mempunyai sistem daya lentur atau resilience yang membawa perusahaan/instansi Pemerintah mampu bangkit kembali. Kegiatan usaha harus senantiasa berjalan untuk melayani pelanggan dan memahami permasalahannya serta memberi solusi terbaik bagi mereka. Disamping itu, Perusahaan perlu mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada agar bisa meningkatkan efisiensi usaha. Namun, Perusahaan juga harus mulai merancang produk/layanan yang dibutuhkan paska krisis pandemi Covid-19. SDM merupakan aset yang sangat penting agar mampu bangkit dan menjalankan program-program tersebut diatas. Dalam masa slowdown kegiatan bisnis, saat ini merupakan kesempatan terbaik bagi Perusahaan untuk mempersiapkan kompetensi dan sikap kerja atau budaya perusahaan untuk masuk ke era transformasi digital. Fungsi Leader sangat diperlukan dalam situasi krisis ini untuk melakukan berbagai hal operasional dan strategis sebagai berikut :

  1. Meningkatkan moral kerja pegawai : Dengan kondisi WFH yang sudah cukup membosankan, para Senior Leader Perusahaan perlu membangkitkan moral karyawan agar senantiasa termotivasi. Hal ini dilakukan dengan pendekatan personal, memberikan bantuan makanan-minuman, obat-obatan, supplement food, hand-sanitizer, masker dan sarana lainnya sesuai dengan kemampuan Perusahaan. Disamping itu, Perusahaan harus memiliki Crisis Management Team (CMT) yang mengelola karyawan atau keluarga yang terkena Covid-19 atau bila Infrastruktur bisnis perusahaan mengalami gangguan yang berdampak besar.
  2. Meningkatkan kompetensi SDM : Disaat kondisi pekerjaan longgar, inilah saat yang tepat untuk meningkatkan kompetensi SDM. Pengembangan kompetensi teknis antara lain dibidang Digital Business, Teknologi digital, Digital Marketing/Sales, Operations, Production dan kegiatan core business lainnya Disamping itu, perlu dikembangkan softskills berupa Leadership, Collaboration & Partnership, dan Communications Skills. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan bisnis setelah pandemi Covid-19 berlalu, dimana Perusahaan sudah unggul dalam hal kompetensi.
  3. Mempertajam proses bisnis : Saat inilah waktunya untuk meninjau ulang proses bisnis yang ada untuk diperbaiki agar lebih lincah (agile) dan hasil kerja yang lebih baik serta memenuhi aturan kepatuhan Perusahaan. BPM dioptimalkan dan Operating Control System-nya diperbaiki serta dirancang business proses berbasis digital bagi pekerjaan yang berulang.
  4. Project collaborations : Perusahaan perlu membentuk sejumlah program kerja berbasis kolaborasi antar unit kerja atau dengan eksternal Perusahaan untuk merancang produk dan atau layanan baru. Dengan WFH atau bekerja di kantor secara terbatas, Project Team Leader akan memimpin pekerjaan secara virtual dan masing-masing anggota menjalankan tugasnya dari rumah. Khusus untuk pengembangan aplikasi, dilakukan dengan memnbentuk sejumlah Srum-Team. Perlu ditunjuk sejumlah Srum-Master yang menjadi penghubung kepada Manajemen Perusahaan dan sebagai coach bagi Srum-Team. Dengan demikian maka dihasilkan sejumlah rancangan produk atau layanan secara cepat dan berkualitas, sekalipun tidak bertatap muka secara langsung.

Manajemen yang bekerja di bidang SDM dituntut untuk pro-aktif untuk mendukung kegiatan bisnis sehari-hari dan kegiatan inovasi Perusahaan. Hal ini dilakukan dengan mengembangkan kompetensi SDM, menyediakan kebutuhan SDM, mengoptimalkan proses bisnis Perusahaan dan memfasilitasi kegiatan inovasi. Hal ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Program kerja harus dijalankan, jika tidak maka Perusahaan akan tertinggal dibandingkan dengan kompetitor atau perusahaan digital. Pandemi Covid-19 belum berlalu, namun Perusahaan harus berjalan terus dengan SDM yang tetap produktif dan senantiasa mengembangkan kompetensi individu untuk siap memasuki bisnis digital. Semoga!