e2consulting.co.id – Pandemi Covid-19 telah membawa dampak yang sangat berarti dalam peradaban manusia, yakni menjalani kehidupan new normal yang harus beradaptasi dengan kehadiran Virus-19, dimana kita harus senantiasa memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan. Kabar baiknya, Vaksin anti Covid-19 sudah diproduksi dan disebarkan ke seluruh dunia. Vaksinisasi anti Covid-19 di Indonesia telah dimulai, hal ini ditandai dengan penyuntikan perdana kepada Presiden Jokowi. Penyuntikan massal selanjutnya diprioritaskan kepada warga yang bekerja di bidang pelayanan medis hingga warga yang berusia dibawah 60 tahun. Pelaksanaan penyuntikan vaksin massal ini tidak bisa cepat selesai dilaksanakan karena jumlah penduduk Indonesia lebih dari 250 juta orang dan perlu penyuntikan dua kali untuk setiap orang. Disisi lain pandemi Covid-19 juga semakin merebak sehingga Pemerintah telah menetapkan PSBB jilid dua.
Pandemi Covid-19 sudah berlangsung satu tahun dan merebak ke seluruh dunia. Dampaknya sangat luar biasa, disamping kehilangan nyawa manusia yang sangat banyak, juga menyebabkan perekonomian merosot di semua negara. Banyak perusahaan di seluruh dunia sudah terancam bangkrut karena pasar yang anjlok dan belum bangkit kembali, demikian pula perusahaan harus menerapkan Work From Home (WFH) yang menyebabkan produktivitas kerja menurun. Risiko pandemi yang bersifat global (seperti Covid-19) belum pernah dikaji secara mendalam sehingga mitigasi risikonya pun belum teruji efektif. Kajian risiko yang berdampak besar pada umumnya masih terbatas kepada risiko bencana alam, ancaman nyawa manusia dan technology disaster. Penanganan bencana karena pandemi Covid-19 berbeda dengan krisis yang disebabkan bencana alam, kehilangan nyawa manusia atau technology disaster, dimana krisis biasanya dapat diatasi dalam waktu yang tidak terlalu lama (hitungan bulan).
Krisis akibat pandemi Covid-19 telah mengancam keselamatan umat manusia dan telah berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga menyebabkan masalah besar bagi individu (karyawan), perusahaan maupun pemerintah. Sebagai umat sosial, pekerja sudah mengalami kebosanan WFH, karena jenuh mengikuti rapat melalui layar komputer/handphone serta kurangnya interaksi langsung antar sesama teman dan atasan. Dari sudut pandang manajemen perusahaan, perusahaan berisiko tidak mencapai revenue sebagaimana sebelum Covid-19 terjadi, sementara biaya rutin harus dibayarkan setiap bulan sehingga berpotensi menyebabkan kerugian usaha, business visibility di masa depan masih kabur dan menurunnya produktivitas karyawan. Krisis perusahaan ini sudah berkepanjangan dan belum tahu sampai kapan berakhir.
Perusahaan dituntut mampu untuk berselancar dalam badai yang menggelora. Perusahaan harus memiliki sistem resilience, yang mampu mengangkat kembali performansi perusahaan setelah jatuh ke titik terendah. Pemimpin puncak dan senior leader perusahaan harus mampu menggerakkan seluruh sendi-sendi perusahaan agar bangkit kembali, sekalipun situasinya sangat sulit. Disinilah pemimpin bisnis diuji ketangguhannya, apakah mampu memimpin ditengah badai atau hanya di cuaca yang baik-baik saja. Pimpinan puncak perusahaan harus mampu memotivasi para senior leader perusahaan hingga level karyawan terendah, untuk bersama-sama bangkit dan bergerak ke arah satu tujuan. Visi dan misi serta program kerja strategis perusahaan harus dapat digambarkan dengan jelas berikut rencana perjalanan kesana sehingga setiap insan bergelora dan berkehendak menuju tujuan atau menjadi pelaku aktif dalam membangun masa depan.
Sifat kepemimpinan di masa krisis ini perlu diuraikan secara mendalam, mulai dari memimpin diri sendiri (Lead Yourself), memimpin tim (Lead Your Team) dan memimpin bisnis (Lead Your Business). Memimpin diri sendiri mencakup pengelolaan diri secara utuh agar tetap sehat, baik tubuh fisik, roh (spiritual) dan jiwa kita. Penjagaan tubuh fisik dilakukan dengan meningkatkan sistem imun tubuh, misalnya dengan berolahraga secara teratur, mengasup makanan bergizi dan pola istirahat yang cukup. Dan tidak lupa melakukan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan). Pemeliharaan jiwa dilakukan dengan berfikir positif, menjalankan hobby, menonton hiburan yang kita senangi, menjalankan me time dan senantiasa menginspirasi orang yang kita temui secara fisik maupun virtual. Sementara pemeliharaan spiritual dilakukan sesuai dengan iman kepercayaan kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang mana setiap kita memiliki spiritual journey yang berbeda-beda. Hasilnya, kita harus menjadi role model bagi orang lain (senior leader, pemimpin madia dan junior) sehingga meniru perilaku dan hal-hal positif dari diri kita serta menularkannya kepada orang lain pula.
Memimpin tim dimasa sulit dilakukan dengan pendekatan persuasif, khususnya dengan mempertimbangkan dampak dari pandemi Covid-19. Mungkin ada karyawan yang kehilangan anggota keluarga, kesulitan hidup, gaji dipotong, bekerja paruh waktu atau WFH yang sudah membosankan. Dalam kondisi krisis ini, keselamatan karyawan dan keluarganya menjadi prioritas utama, sekalipun tuntutan bisnis juga perlu mendapat perhatian. Sapaan, motivasi dan dukungan moril perlu dilakukan secara terus menerus, disamping membahas program kerja dan tugas-tugas yang dibicarakan dalam rapat virtual. Pemimpin mengupayakan agar perusahaan memberi bantuan obat-obatan, supplement food, dan dukungan perawatan pada saat karyawan/keluarga terindikasi positif Covid-19 serta memberi pendampingan khusus apabila ada karyawan/keluarga yang meninggal dunia. Dalam menjalankan pekerjaan, pemimpin perlu menyesuaikan beban kerja karyawan dengan waktu yang fleksibel dan mempertimbangkan masalah pribadi yang dihadapinya. Pemimpin perlu turun membantu mengatasi masalah kerja yang dihadapi bawahan dan mendorong kerjasama tim atau berkolaborasi untuk mencapai target/menyelesaikan proyek. Dan tidak ketinggalan, pemimpin selalu memberi semangat bagi bawahannya agar tabah menghadapi krisis serta menjalankan gaya hidup sehat.
Sebagai pemimpin bisnis, tanggungjawab kita sangat berat. Disatu sisi kita harus mengupayakan performasi bisnis agar tercapai, melakukan eksplorasi bisnis baru, meningkatkan business effectiveness, memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan serta memimpin SDM agar senantiasa memiliki motivasi tinggi. Berbagai tantangan dihadapi, baik dari pemegang saham, Pemerintah dan tuntutan pelanggan yang mengalami dampak akibat Covid-19. Kita harus mampu menyusun prioritas kerja dan mengalokasikan sumber daya untuk menjalankannya. Yang tidak kalah penting adalah menjalin komunikasi dengan para stakeholder, agar mereka paham dengan situasi perusahaan dan berupaya untuk meringankan beban perusahaan. Mungkin perusahaan sedang terkendala dalam proyek, uang kas semakin menipis, utang yang jatuh tempo harus dibayar dan berbagai persoalan jangka pendek lainnya. Disamping menghadapi persoalan jangka pendek, pemimpin bisnis juga harus merancang masa depan, khususnya mengeksplorasi bisnis baru yang sudah berbasis teknologi digital. Pemimpin bisnis perlu membentuk tim adhoc yang kompeten dari masing-masing permasalahan jangka pendek dan menjalankan solusinya. Juga, pemimpin bisnsis perlu membentuk tim yang akan membangun bisnis masa depan. Pemimpin bisnis harus mampu mengalokasikan waktunya untuk mengatasi persoalan jangka pendek sekaligus membangun bisnis masa depan.
Semoga pemimpin bisnis Indonesia mampu melewati krisis yang berkepanjangan ini. Dibalik hujan ada pelangi, dan dibalik krisis ada opportunities. Banyak pengalaman krisis yang sudah kita lalui dan pada akhirnya kita bisa bangkit kembali. Bersama kita bisa!