e2consulting.co.id – Pandemi Covid-19 sangat berdampak besar terhadap kelangsungan usaha, baik perusahaan besar, menengah maupun kecil. Pemasukan usaha menurun drastis, sementara biaya operasional yang bersifat tetap harus terus dibayar. Sementara itu, karyawan yang bekerja dari rumah – Work from Home (WFH), tidak dapat dipastikan efektivitas kerjanya, karena belum terbiasa dengan metoda kerja mandiri, agile dan kolaboratif.
Perusahaan harus memiliki resilience system agar tetap survive dan bangkit kembali dari kondisi krisis yang melanda saat ini. Perusahaan harus menata ulang perjalanan usaha ke depan, apakah dengan meningkatkan kapabilitas usaha yang ada saat ini atau harus membentuk usaha baru yang relevan dengan kebutuhan masa depan. Untuk mencapai tujuan yang sangat besar harus dilakukan dengan cara yang besar pula, yakni dengan bertransformasi, spesifiknya dengan transformasi digital. Pelaksanaan transformasi digital berbeda bagi setiap perusahaan, hal ini sesuai dengan rencana pengembangan usaha yang akan dilakukan dan kondisi masing-masing perusahaan saat ini. Transformasi digital dapat mencakup transformasi bisnis, Sumber Daya Manusia (SDM) maupun budaya. Pemilihan kegiatan transformasi perusahaan disesuaikan dengan tujuan perubahan yang hendak dicapai.
SDM merupakan aset utama dalam mencapai keberhasilan usaha, karena mereka penggerak utama (prime mover) yang menjalankan semua kegiatan usaha. Mereka harus memiliki kompetensi dan engagement yang tinggi terhadap perusahaan, serta mampu bekerja secara agile and collaborative. Perkembangan teknologi digital dan perubahan dinamika pasar yang sangat cepat, menuntut pelaksanaan transformasi SDM dan budaya kerjanya. Para karyawan perlu ditingkatkan kompetensi teknis dan softskills serta budaya kerjanya secara berarti.
Ada dua jenis sifat pekerjaan, yang pertama adalah pekerjaan rutin dan berulang serta yang kedua adalah pekerjaan yang bersifat inovatif atau proyek. Lingkungan kerja yang bersifat rutin dan berulang berpotensi menyebabkan pengembangan kompetensi SDM-nya kurang berjalan efektif, sementara lingkungan kerja yang kondusif dan inovatif akan menghasilkan pengembangan kompetensi yang berkesinambungan karena selalu menghadapi situasi baru, yang membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan baru.
Perkembangan teknologi digital yang begitu pesat dan perubahan lingkungan bisnis yang sangat dinamis menuntut SDM untuk berubah secara berarti, baik dalam hal kompetensi teknis maupun softskills-nya. Demikian pula sikapnya harus berubah, antara lain dalam melayani pelanggan harus jauh lebih baik karena pelanggan harus mengalami experience yang menyenangkan, karyawan harus bekerja mandiri dan mampu berkolaborasi dalam proyek serta menjaga kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku. Peningkatan kompetensi membutuhkan pemahaman yang lebih luas tentang business value chain dan teknologi digital yang mendukungnya. Misalnya, Industry 4.0 telah merubah secara total dalam kegiatan produksi. Industry 4.0 menggunakan mesin-mesin otomat dan saling berkomunikasi satu sama lain dalam bekerja, sehingga mengurangi peran tenaga kerja manusia secara besar-besaran. SDM yang rutin bekerja di lapangan akan digantikan oleh robot, manusia hanya bekerja untuk bagian yang sulit dijangkau robot atau yang memerlukan sentuhan seni. Berbagai teknologi baru seperti Machine Learning and Artificial Intelligent juga telah mengambil alih pekerjaan para analis. Inilah tantangan SDM kedepan, bagaimana mereka harus melakukan re-skilling atau up-skilling, agar tetap mampu bertahan dalam lingkungan kerja dimana manusia dan robot bekerja secara bersama-sama. Untuk mampu berdaptasi dengan lingkungan masa depan, setiap orang harus mengembangkan kompetensinya, baik kompetensi teknis, maupun soft-skills, yang relevan dengan kebutuhan digital business.
Inti dari transformasi digital adalah pelayanan pelanggan yang menyenangkan, pelaksanaan Excellent Operation dan pembuatan model bisnis yang sesuai dengan kondisi pelangan. Dari sinilah pengembangan kompetensi teknis diturunkan, mulai dari Product & Service development, Digital Marketing and Sales, Operation & Production, Distribution, Customer Relation Management (CRM), hingga kegiatan Business Support seperti Procurement, Human Capital Management (HCM), Finance, Legal & Regulatory dan administration. Seluruh kegiatan ini telah tersedia teknologi digital sebagai pendukung kerja-nya, sehingga lebih efektif dan efisien. Teknologi infrastruktur yang digunakan mencakup Wireless Network, Internet of Things (IoT), Devices dan Cloud Computing. Demikian pula terdapat aplikasi teknologi yang digunakan dalam mendukung usaha, antara lain adalah Big Data atau Data Analytics, Machines Learning, Artificial Intelligent, Augmented Reality/Virtual Reality, Blockhain, 3D printing, Robot dan Drone. Dalam skala yang lebih luas terdapat sejumlah aplikasi bisnis yang perlu dipahami seperti e-Commerce, Fintech, Insurtech, Digital Healthcare, Industry 4.0 dan Smart-city.
Apakah kita harus mengetahui dan mendalami semua keahlian serta kegiatan bisnis tersebut? Jawabannya tergantung kondisi kita saat ini apakah sebagai seorang karyawan bawah, manager, eksekutif atau sebagai pengusaha. Sebagai leader, kita tidak perlu mengetahui semuanya, paling tidak kita tahu prinsip dasar dan penggunaannya, sehingga kita bisa memilih teknologi yang tepat pada kegiatan usaha kita. Namun, sebagai karyawan bawahan atau madia, kita harus memiliki ketrampilan khusus di bidang tertentu agar kita mampu mendayagunakan teknologi tersebut secara efektif dan efisien serta mampu berkolaborasi dengan para pihak.
Manajemen pengelola kompetensi SDM perlu merancang pengembangan kompetensi yang selaras dengan perencanaan strategis perusahaan, sehingga perusahaan memiliki talenta-talenta yang senantiasa siap menghadapi perkembangan teknologi dan usaha berbasis digital. Saat ini, seluruh dunia kekurangan talenta dibidang digital business. Talenta-talenta terbaik dimiliki oleh perusahaan FAMGA (Facebook, Apple, Microsoft, Google, Amazon) serta perusahaan IT besar lainnya. Misalnya ahli dibidang Data-Analytics dibutuhkan di berbagai perusahaan untuk mengolah data-data pelanggan dan kegiatan operasional lainnya sehingga mampu memberikan analisis layanan yang tepat guna bagi pelanggan serta mengendalikan kegiatan usaha secara efektif dan efisien. Demikian pula perkembangan teknologi 5G, akan menyebabkan perubahan yang berarti dalam pengelolaan usaha dan kegiatan sehari-hari karena semua kegiatan membutuhkan Network yang handal untuk menyalurkan data-data secara real time dari jutaan Device, untuk dikumpulkan dan diproses di Cloud Computing serta selanjutnya diolah oleh Data-Analytics system.
Sebagai pelaku usaha besar, menengah, kecil maupun sebagai start-up, kita harus memahami teknologi utama yang menjadi infrastruktur bisnis kita. Hal ini mencakup DNA (Device, Network, Application) dan Business Platform (Cloud Computing) yang dibutuhkan. Misalnya, aplikasi yang digunakan untuk jualan Online memiliki proses Order taking, Production, Delivery Tracking System, Customer Service dan Payment System, yang harus dijalankan secara digital. Kita harus memahami proses kerja dan teknologi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan tersebut.
Sebagai individu yang siap dengan tuntutan masa depan, kita harus senantiasa belajar menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam bekerja. Industry 4.0 berdampak kepada pengurangan tenaga kerja yang bersifat rutin, namun akan melahirkan sejumlah peluang kerja baru yang saat ini profesi tersebut belum ada. Kita bisa menjadi pencipta lapangan kerja baru tersebut apabila kita memiliki kompetensi digital yang mumpuni. Apakah kita akan tergilas oleh kemajuan teknologi atau kita muncul sebagai pencipta lapangan kerja baru dengan memanfaatkan teknologi digital? Dengan memiliki kompetensi digital, kita pasti bisa mendayagunakan teknologi untuk mensejahterakan umat manusia!