e2consulting.co.id – Pada tahun 2024, konsultan Bain & Company mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa 88% perusahaan besar gagal bertransformasi. Hal ini mempertegas pernyataan sebelumnya oleh konsultan Mc.Kinsey tahun 2022, yang menyatakan sekitar 70 % perusahaan gagal mencapai tujuan transformasinya.
Menurut hasil survey Bain & Company, kegagalan utama perusahaan bertransformasi terletak pada Sumber Daya Manusia (SDM). Perusahaan gagal menyediakan SDM yang kompeten dengan jumlah yang memadai. Lebih jelasnya, terdapat 3 masalah SDM yang terjadi pada saat bertransformasi :

  1. Gagal berfokus ke peran kritis (Failure to focus on the critical roles)
    Ditengah kompetisi pasar yang ketat dan tuntutan pemegang saham, sering kali perusahaan berfokus kepada tujuan jangka pendek, kurang memberikan perhatian kepada keberlangsungan usaha jangka panjang. Seharusnya perusahaan harus mengalokasikan sumber daya untuk kegiatan inovasi, khususnya mengembangkan program kerja strategis jangka menengah (2 hingga 3 tahun) dan jangka panjang.
    Sekalipun perusahaan sudah menjalankan program kerja transformasi digital, namun sering dijumpai kesalahan dalam menempatkan orang-orang untuk memimpin program atau proyek strategis. Mereka tidak menempatkan orang-orang terbaik di posisi tersebut sehingga berpotensi besar gagal menjalankan program transformasi digital. Menurut hasil survey Bain & Co, sebanyak 76 % perusahaan yang sukses bertransformasi menempatkan orang-orang yang kompeten untuk mengisi posisi program strategis. Lebih lanjut, 90 % nilai dan hasil transformasi ditorehkan hanya kurang dari 5 % karyawan saja! Jadi penempatan SDM pada posisi-posisi kritis atau strategis harus dilakukan secara hati-hati, terutama menyangkut kepada pengalaman, kompetensi dan kemampuannya membawa masa kini ke masa depan.
  2. Terlalu mengandalkan pekerjaan kepada orang tertentu (Relaying on too shallow a talent pool) Untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan kerja, manajemen perusahaan sering memberikan penugasan ekstra kepada orang tertentu saja. Kehadiran program dan proyek strategis transformasi digital hampir pasti diarahkan kepada orang tertentu, yang dianggap mampu menjalankannya. Akibatnya, para talenta unggul ini harus bekerja lebih untuk menjalankan program kerja strategis, disamping pekerjaan rutinnya. Sementara itu, para karyawan lain tidak aktif dalam program kerja transformasi, mereka hanya berfokus kepada tugas rutinnya saja. Hal ini akan menyebabkan para talenta unggul mengalami kejenuhan dalam jangka panjang.
  3. Persiapan masa depan yang jelek (Poor preparation for the future) Sebagian besar perusahaan yang sukses bertransformasi juga mengalami keterbatasan dalam mengembangkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi tantangan bisnis jangka panjang. Semua perusahan menyadari, terlalu sedikit waktu mereka untuk mengembangkan kemampuan usaha jangka panjang ini. Para talenta perusahaan perlu dipersiapkan agar mampu menghadapi tantangan masa depan. Mereka perlu dibimbing, dilatih dan dikembangkan kompetensi dan kepribadiannya.

Keterbatasan jumlah dan kompetensi SDM yang tidak memadai menyebabkan eksekusi proyek-proyek strategis tidak efektif, khususnya untuk menjalankan proyek-proyek yang berbasis teknologi IT dan aplikasi software. Kualifikasi SDM tidak mudah didapatkan, baik di dalam perusahaan maupun dipasaran.

Untuk menjalankan berbagai proyek strategis, dibutuhkan sejumlah pimpinan proyek yang mampu memimpin proyek yang bersifat tradisional (predictive) maupun yang bersifat agile, atau gabungan dari keduanya (hybrid). Keahlian di bidang project management harus dipersiapkan sebelum program transformasi digital dijalankan.

Kegagalan menjalankan transformasi digital oleh perusahaan-perusahaan besar, menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk melakukan persiapan yang lebih baik. Mari kita mulai dengan mengembangkan kompetensi SDM di bidang bisnis dan teknologi digital, wawasan masa depan serta pengembangan kepribadian, sehingga mereka mampu melakukan pekerjaan transformasi digital secara efektif. Jangan patah semangat, terus berjuang. Mengapa perusahaan lain berhasil, pasti kita juga bisa berhasil.