e2consulting.co.id – Salah satu kegiatan transformasi digital adalah dibidang infrastrukur IT, khususnya dalam pengelolaan infrastruktur IT. Bentuk pengelolaannya berubah dari kepemilikan menjadi penyewaan aset, yang dikenal dengan layanan cloud computing. Dimasa lalu, perusahaan harus melakukan pembangunan infrastruktur IT untuk mendukung kegiatan usaha, yang membutuhkan biaya investasi awal yang besar. Beruntung saat ini sudah bertumbuh perusahaan cloud computing yang menyediakan layanan Infrastructure as a service (Iaas), Platform as service (PaaS) ataupun Software as a service (SaaS). Penyedia cloud computing akan mempersiapkan kapasitas layanan infrastruktur IT sesuai dengan order atau perkembangan trafik yang dibutuhkan pengguna, menjanjikan service level yang tinggi serta tingkat security yang aman. Layanan ini dikenal dengan konsep pay as you grow!
Para pengusaha kecil, menengah ataupun besar sangat tertolong dengan layanan cloud computing ini dan secara bertahap mulai bermigrasi ke layanan cloud computing. Perusahaan bisa lebih fokus ke core business-nya, antara lain mengembangkan software aplikasi layanan, kegiatan marketing and sales, produksi dan distribusi barang, mengembangkan dan mengoperasikan layanan, dan kegiatan penunjang usaha. Mereka tidak perlu pusing untuk memikirkan investasi infrastruktur IT, serahkan saja ke penyedia cloud computing. Beberapa perusahaan global penyedia layanan Cloud Computing adalah Amazon Web Service (AWS), Microsoft Azure, Google Cloud Platform, Oracle, Alibaba Cloud, IBM, Fujitsu dan, Huawei. Menurut Business Insider, sampai dengan triwulan II 2020, AWS merupakan pemimpin pasar utama cloud computing dengan pangsa pasar 31%, diikuti oleh Microsoft Azure (20%), Google (6%), Alibaba (5%), dan sisanya 38 % oleh perusahaan IT lainnya.
Penyedia layanan cloud computing global memiliki sistem jaringan IT yang sangat handal (robust). Mereka membangun jaringan data centre yang tersebar di seluruh dunia dan terhubung melalui jaringan fiber-optik yang handal, sehingga mampu melayani kebutuhan cloud computing di berbagai negara serta melayani pertumbuhan trafik yang sangat cepat. Data centre mereka mempunyai kemampuan load-sharing yang merata dan mampu mengambil alih beban jika terjadi gangguan atau bencana di lokasi data centre lainnya, sehingga pelayanan tetap berjalan lancar (seamless service).
Kehandalan layanan cloud computing telah mendorong perusahaan mulai menyerahkan pengelolaan sumberdaya IT-nya ke penyedia cloud computing. Perusahaan start-up dan e-Commerce fokus mengembangkan software aplikasi untuk ditanamkan di server milik penyedia cloud computing, untuk selanjutnya diakses oleh pengguna (pelanggan). Misalnya, aplikasi layanan media social seperti YouTube, Tiktok, Whatsapp dan Netflix ditanam di AWS, Microsoft Azure atau Google. Setiap kali aplikasi tersebut diakses pengguna, akan mengkonsumsi sumberdaya IT yang besar karena format data Video membutuhkan byte data yang besar. Demikian pula perusahaan e-Commerce seperti Tokopedia, Bukalapak dan Lazada juga membutuhkan sumber daya IT yang besar, karena banyaknya jumlah pedagang dan item barang yang ditawarkan serta jumlah transaksi pengguna yang tinggi.
Sementara perusahaan global besar juga membutuhkan sumber daya IT yang besar untuk mendukung kegiatan operasional dan produksi globalnya. Perusahaan memiliki software aplikasi yang digunakan di seluruh kantor atau unit produksi di seluruh dunia. Aplikasi bekerja secara realtime untuk mengendalikan kegiatan operasi dan produksi serta mengumpulkan data untuk diolah sebagai data-analytics, sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara cepat.
Pengguna layanan cloud computing lainnya adalah perusahaan game online. Layanan game online membutuhkan sumberdaya IT yang sangat besar dan super cepat, karena sifat permainan yang cepat dan dimainkan dengan ketrampilan tinggi. Game online mempertukarkan data Video yang berubah secara cepat sehingga membutuhkan kecepatan data yang tinggi dan respons yang sangat cepat (low latency).
Tuntutan terhadap layanan cloud computing semakin tinggi, baik dalam hal penyediaan kapasitas processing IT maupun pemenuhan low latency. Hal ini mendorong lahirnya layanan Edge computing, dimana kegiatan data processing dilakukan sedekat mungkin dengan sumber produksi data. Misalnya, data dari sumur ladang minyak dikumpulkan di lokasi operator telekomunikasi selular terdekat, untuk diproses, diolah dan dianalisis serta ditindaklanjuti. Hasil dari Edge computing dilaporkan ke pusat cloud computing untuk pengendalian layanan cloud computing secara menyeluruh.
Bagaimana dengan perkembangan layanan cloud computing di Indonesia? Bertumbuhnya layanan media sosial, perusahaan start-up, e-Commerce dan hosting website perusahaan serta perusahaan B2B, telah mendorong berkembangnya layanan cloud computing. Peluang ini telah ditangkap oleh perusahaan cloud computing dalam negeri maupun global. Cengkeraman penyedia cloud computing global sangat kuat. Mereka menjanjikan layanan yang berkualitas dengan harga yang kompetitif serta aktif melakukan promosi, edukasi dan pelatihan. Namun kualitas layanan tersebut sangat tergantung kepada kualitas layanan Internet Service Provider (ISP) dalam negeri, yang menyediakan akses internet pita lebar ke server milik penyedia cloud computing. Saat ini data centre mereka pada umumnya berada di luar negeri, di negara-negara hub seperti Singapore, Tokyo dan Hongkong untuk Kawasan Asia. Perusahaan ISP lokal bertanggungjawab untuk menyediakan pipa data ke arah server di luar negeri. Misalnya, Telkom harus menyediakan pipa data yang sangat besar kearah server penyedia cloud computing aplikasi Netfilx dan YouTube di luar negeri. Apakah Telkom mendapat keuntungan yang sebanding dengan penyedia aplikasi dan cloud computing? Atau hanya sebagai penyedia dumb pipe saja?
Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik, dimana di dalam pasal 43 disebutkan tentang penyimpanan data harus di dalam negeri. Peraturan ini telah diantisipasi penyedia cloud computing global dengan rencana membangun data centre di Indonesia. Pembangunan data centre di Indonesia sedang dipersiapkan oleh AWS dan Google. Diharapkan para penyedia cloud computing global lainnya agar membangun data centre juga di Indonesia sehingga proses transaksi data berjalan lebih cepat, ISP tidak perlu menyediakan pipa transmisi data yang besar ke luar negeri, pengawasan trafik dan kerahasiaan data dapat dikendalikan secara efektif serta penerimaan pajak dari OTT player dapat dikendalikan Pemerintah.
Beberapa saat yang lalu, Menteri BUMN mendorong agar Telkom menjadi penyedia layanan cloud computing terkemuka di Indonesia. Telkom dituntut untuk mampu menyediakan layanan berkualitas dengan harga yang kompetitif, sehingga mendorong instansi Pemerintah, BUMN, perusahaan swasta besar, menengah hingga kecil, mempercayakan layanan cloud computing ke Telkom. Demikian pula perusahaan ISP swasta dalam negeri lainnya harus membangun dan mengoperasikan data centre yang aman dan kuat serta ditempatkan di beberapa tempat yang aman di dalam negeri sehingga memiliki sistem layanan yang tangguh (robust). Perlu kolaborasi antara Telkom dengan penyedia ISP lainnya, pengusaha, penyedia aplikasi software serta sistem integrator untuk mampu bersaing dengan penyedia cloud computing global. Jika tidak maka kita akan gigit jari melihat global player menguasai pengelolaan data di dalam negeri. Mari kita segera berkolaborasi!