e2consulting.co.id – Saat ini negara-negara maju sedang berjuang mewujudkan emisi gas karbon nol pada tahun 2050. Berbagai program ESG (Environtment, Sustainability and Governance), telah dijalankan pemerintah dan perusahaan global. Negara-negara maju telah menyusun dan menjalankan program transisi menuju penggunaan energi baru terbarukan sepenuhnya. Hal ini meliputi penggunaan gas sebagai pengganti bahan bakar fosil dan batubara, penangkapan gas karbon dan penggunaan energi baru terbarukan secara bertahap. Kebijakan ini telah merubah arah bisnis perusahaan energi global, seperti perusahaan minyak Exxon dan Shell, mereka telah menyusun roadmap transisi pengembangan energi baru terbarukan solar sel, turbin angin, energi hidrogen hingga pembangkit listrik tenaga nuklir. Demikian pula perusahaan energi GE Vernova, telah mengembangkan energi baru terbarukan turbin angin dan nuklir.
Indonesia telah mencanangkan emisi gas karbon nol pada tahun 2060. Perjalanan kesana masih panjang dan berliku, ditengah situasi pengelolaan energi nasional saat ini yang masih belum optimal. Penyediaan listrik saat ini didominasi oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batubara, yang ditambang dari dalam negeri, sehingga harga listrik di Indonesia cukup kompetitif. Pasokan energi lain berupa bahan bakar minyak dan gas bumi. Saat ini kebutuhan bahan bakar minyak nasional sekitar 1, 6 juta barel per hari dan tahun 2030 diperkirakan naik hingga 2 juta barel per hari. Sementara itu, produksi minyak dalam negeri hanya sekitar 560 ribu barel per hari, dan sampai saat ini belum ada penemuan ladang-ladang minyak baru yang berskala besar. Indonesia bermaksud melakukan swasembada energi dalam 5 tahun ke depan, sebagaimana dicanangkan presiden Prabowo. Mungkinkah hal ini terjadi dan bagaimana caranya?
Indonesia harus membangun peta-jalan energi menuju emisi karbon nol pada tahun 2060. Peta jalan ini disusun dengan membuat aspirasi energi baru terbarukan pada tahun 2060, dimana Indonesia diharapkan menggunakan energi baru terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga air, panas bumi dan energi baru terbarukan seperti tenaga surya, tenaga angin, hidrogen hingga penggunaan tenaga nuklir. Melihat kondisi saat ini dan aspirasi masa depan, terdapat jurang yang lebar, diperlukan jembatan penghubung antara masa kini dan masa depan. Diperlukan pengembangan kapabilitas negara, yakni berupa program transformasi digital di bidang energi nasional. Program transformasi digital dimulai dengan membangun kemampuan organisasi, yakni sumber daya manusia, proses kerja dan pendayagunaan teknologi digital di bidang energi. Dengan kemampuan ini maka pemerintah akan mampu membangun roadmap dan program kerja strategis jangka pendek, menengah hingga jangka panjang. Program kerja strategis tersebut antara lain :
- Eksplorasi minyak dan gas bumi secara besar-besaran
- Pembangunan kilang minyak berskala besar untuk memproduksi minyak hasil produksi dalam negeri
- Pembuatan roadmap energi menuju emisi gas karbon nol tahun 2060
- Pengembangan program energi bio-diesel B-40/50 dan energi etanol
- Pembatasan emisi karbon melalui CCS (Carbon Capture and Storage)
- Pembangunan kebun tenaga surya nasional dan sistem penyimpan energinya
- Pembangunan kebun energi tenaga angin dan sistem penyimpan energinya
- Pengembangan energi listrik tenaga surya di kawasan perumahan dan perkantoran
- Pembangunan energi hidrogen untuk keperluan industri dan sarana transportasi
- Hilirisasi bahan tambang nikel menjadi penyimpan energi
- Penghentian pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara
- Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir
Program-program kerja strategis ini dirancang dan dipersiapkan dengan konsisten, melibatkan investor asing dan dalam negeri serta perusahaan penyedia energi global dan dalam negeri. Dewan Energi Nasional (DEN), PERTAMINA, PLN dan perusahaan energi swasta nasional, dihimpun dalam sebuah ekosistem penyedia energi nasional, dengan tugas dan peran masing-masing pihak secara jelas. Pelaksanaan program kerja strategis ini sebaiknya dipimpin oleh Kepala Transformasi Digital Energi Nasional, yang menyusun dan menyelaraskan program prioritas serta mengawasi pelaksanaan proyeknya. Sumberdaya utama yang dibutuhkan adalah uang untuk menjalankan proyek-proyek strategis energi nasional tersebut. Dibutuhkan anggaran puluhan miliar dolar AS untuk mewujudkannya.
Dengan menjalankan langkah-langkah strategis tersebut, Indonesia akan mampu dan percaya diri mewujudkan penyediaan energi secara berkesinambungan, selaras dengan sasaran emisi karbon nol, serta mampu memenuhi permintaan energi yang terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.