e2consulting.co.id – Pembahasan kita kali ini tentang Industry 4.0 nasional sebagai upaya mendorong industri dalam negeri bertransformasi menjadi digital company. Industry 4.0 adalah bagian dari transformasi digital di bidang manufacturing, lahir di Jerman pada tahun 2012 dan telah menjadi standard pabrikan di Jerman serta di adopsi di berbagai negara. Industry 4.0 memadukan teknologi mesin industri dan kemampuan internet dalam menghasilkan produk. Aset fisik atau mesin yang menjadi sarana produksi, mampu berkomunikasi dengan sesama aset fisik lainnya di dalam pabrik dan dengan manusia serta dengan sistem pendukung yang berada di luar pabrik. Hal ini menyebabkan proses produksi berjalan secara otomatis dengan melibatkan tenaga kerja manusia yang minim sehingga mampu menghasilkan produk yang lebih baik, kecepatan produksi yang lebih cepat, tentunya dengan biaya produksi yang lebih murah.
Pelaku industri di seluruh dunia saat ini mengalami berbagai tekanan, baik karena disrupsi bisnis maupun karena serbuan barang dan jasa dari Tiongkok yang jauh lebih murah serta teknologi digital yang telah merubah model bisnis. Misalnya mobil listrik (Electrical Vehicle) dan mobil otonom (Autonomous Car) akan merubah model bisnis pabrik mobil di masa depan, dari produsen menjadi usaha persewaan mobil. Tantangan industri global saat ini antara lain bagaimana meningkatkan pertumbuhan revenue, mengurangi biaya, meningkatkan produktivitas dan mutu produk/layanan, memberikan kepuasan kepada pelanggan dan kustomisasi produk/layanan.
Industrialiasi pertama (1.0) terjadi pada abad ke-18, dimana mekanisasi produksi dimulai dengan adanya mesin uap dan tenaga air. Industrialisasi kedua (2.0) terjadi pada abad ke-20 dimana digunakan listrik untuk mekanisasi dan produksi massal dengan pembagian SDM di lini produksi. Sementara Industrialisasi ketiga (3.0) terjadi pada tahun 1970-an, dimana digunakan peralatan elekronik dan IT untuk otonomisasi produksi. Dan yang terakhir Industri 4.0 lahir dengan konsep cyber physical production system, yang memadukan mesin dan internet dalam bekerja. Kehadiran internet dan sensor yang cerdas menyebabkan semua peralatan yang terlibat dalam proses produksi harus berkomunikasi satu sama lain serta dikendalikan oleh software aplikasi sistem produksi. Perangkat teknologi dan aplikasi yang terlibat dalam proses produksi antara lain Mobile devices, IoT Platform, Location detection technologies, Advanced human-machine interface, Authentication and fraud detection, 3-D printing, Smart sensors, Big data analytics and advanced algorithms, Multi level customers interaction and customer profiling, Augmented reality/wearables dan Cloud Computing.
Solusi Industry 4.0 bekerja mengatur proses produksi mulai dari penyiapan bahan baku yang menganut prinsip just in time supply, penataan proses produksi yang sesuai dengan produk yang dikustomisasi, produksi yang sudah berjalan otomatis oleh mesin-mesin produksi, pengawasan dan pengendalian produksi oleh manusia, packaging hingga distribusi ke gudang, proses logistik hingga pengiriman kepada pelanggan serta penggunaan produk oleh pelanggan. Namun saat ini titik berat Industry 4.0 masih terbatas kepada proses produksi yang berjalan otomatis dan bersifat kustomisasi. Dalam proses produksi, semua alat produksi memiliki tubuh atau physical asset yang bekerja sesuai dengan fungsinya. Peralatan tersebut dipasang “nyawa” atau kecerdasan buatan yang disebut sebagai digital asset, yang bekerja memerintahkan physical asset bekerja, memonitor hasil kerjanya, dan berkordinasi dengan mesin-mesin lainnya sesuai dengan proses input-output, sehingga menghasilkan pekerjaan yang terstruktur, harmoni antar mesin, cepat dan berkualitas. Dalam bekerja, peran manusia semakin terbatas, hanya untuk pekerjaan yang bersifat strategis, antara lain merancang proses produksi, mengawasi pekerjaan mesin dan mengendalikan pekerjaan bila ada sesuatu yang menyimpang, serta mengatur kegiatan pemeliharaan mesin-mesin. Dengan demikian, jumlah SDM yang diperlukan dalam bekerja sangat jauh berkurang dari jumlah orang yang bekerja saat ini, misalnya di bidang manufaktur mobil, rokok, elektronik, sepatu maupun garmen, yang padat tenaga kerja.
Digital twins adalah salah satu implementasi dari konsep Industry 4.0, yang menggunakan teknologi digital mulai dari perencanaan hingga pengoperasian produk/layanan, misalnya di sektor eksplorasi minyak dan gas bumi. Seluruh sumber informasi dipasangi sensor yang terhubung ke pusat pengolah informasi untuk mengambil datanya (connect), selanjutnya data diolah dan dianalisis (analyzed), dan selanjutnya ditindaklanjuti atas data dan informasi yang diperoleh(act). Dengan demikian akan diperoleh real time operation information, historical operation information, predictive analytics dan dan prescriptive analytics. Disinilah letak perbedaan dengan industri konvensional, dimana dari proses perencanaan hingga akhir produksi diperoleh sejumlah informasi yang sangat berguna untuk meningkatkan performansi dan kualitas produk serta prediksi ke depan.
Apakah semua pabrikan atau industri harus bertransformasi ke Industry 4.0? Hal ini sangat tergantung kepada jenis industri dan kondisi perekonomian suatu negara. Industri otomotif yang saat ini sedang berubah dari combustion engine ke electrical vehicle sudah memiliki global supply chain dan menggunakan framework Industry 4.0. Konsep global supply chain telah mendorong negara-negara produsen komponen mobil agar fokus kepada pembuatan komponen tertentu saja dan produksi mobil dilakukan di negara-negara yang dekat kepada pasar utamanya. Sektor pertambangan dan energi juga sudah mengadopsi Industry 4.0 untuk meningkatkan kemampuan produksi dan menekan biaya serta mengurangi risiko nyawa manusia. Tambang-tambang bawah tanah dijalankan oleh mesin robot yang menggali perut bumi dan menggunakan autonomus truck untuk membawa hasil galian tambang ke tempat penimbunan hasil tambang. Namun ada juga industri yang tidak perlu menerapkan Industry 4.0 antara lain industri yang membutuhkan ketrampilan tangan manusia, seperti pembuatan kain batik tulis, kerajinan tangan, tas, perhiasan dan pekerjaan yang yang berhubungan dengan seni. Namun ke depan hal inipun mungkin akan bisa digantikan oleh mesin 3-D printing, yang mampu mengerjakan pekerjaan halus seperti manusia.
Bagaimana dengan kondisi kita di Indonesia? Saat ini kita diperhadapkan kepada kondisi pasar global yang menuntut pasar bebas. Saat ini banyak produk impor yang masuk ke dalam negeri, mutunya cukup bagus dengan harga yang cukup murah. Sebaliknya, kita juga bisa masuk ke pasar ekspor apabila barang kita berkualitas dengan harga yang cukup murah pula. Indonesia harus mempunyai industri unggulan yang mampu menembus pasar global. Untuk itu, framework Industri 4.0 sebaiknya diterapkan untuk meningkatkan nilai keunggulannya. Dalam roadmap industri nasional Indonesia Making 4.0, disebutkan bahwa Indonesia harus mengembangkan 5 sektor industri unggulan yang terdiri dari Makanan & Minuman, Textil & Apparel, Otomotif, Kimia dan Elektronik. Masing-masing sektor tersebut harus dikembangkan mengacu ke framework Industry 4.0 agar berhasil dalam persaingan global. Demikian pula dalam sektor perkebunan, misalnya kebun kelapa sawit, penerapan Industri 4.0 akan meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi kebun kelapa sawit. Misalnya dengan penggunaan drone dalam proses pemeliharaan tanaman yang begitu luas, penggunaan sensor Internet of Things (IoT) di semua kebun-kebun dan mesin-mesin pabrik pengolahan biji menjadi minyak sawit serta penggunaan data analytics atau big data dalam mengelola mutu dan hasil produksi dari masing-masing kebun. Dalam proses produksi pembuatan produk turunan dari minyak sawit akan dilakukan otomatisasi produksi untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dengan produktivitas yang tinggi.
Pemerintah harus menentukan arah perjalanan industri nasional untuk menuju Indonesia Emas 2045, dengan memperhitungkan kondisi perekonomian dan industri global. Dengan menetapkan keunggulan kompetitif industri nasional, Pemerintah harus mempertajam konsep Making Indonesia 4.0 dengan langkah-langkah konkrit dan terstrukur. Mari kita terapkan Industry 4.0 untuk sektor-sektor industri yang akan meningkatkan nilai kompetitif industri nasional dan kecerdasan SDM bangsa Indonesia. Sementara untuk industri yang bersifat padat karya, perlu dilindungi secara bertahap, namun untuk jangka panjang tetap harus diotomatisasi agar mampu bersaing dengan produk luar negeri. Untuk itu, SDM yang bekerja padat karya saat ini, perlu ditingkatkan keahliannya untuk mampu bekerja di era Industry 4.0 dan sebagian lagi dilatih untuk ketrampilan yang baru. [lumumba sirait]