e2consulting.co.id – Menurut John Chamber, ex.CEO CISCO, setidaknya 40% dari semua bisnis akan mati dalam 10 tahun ke depan jika mereka tidak menemukan cara untuk mengubah seluruh perusahaan mereka guna menyesuaikan dengan teknologi baru. Hal ini diperkuat dari hasil survey PwC, dimana sebanyak 63% para CEO di Asia Pasifik tidak percaya diri akan keberlangsungan usaha mereka di masa depan (dalam waktu 10 tahun yang akan datang), sekalipun sebagian besar dari mereka (97%) sudah mengambil langkah-langkah terhadap penemuan kembali usahanya (business re-invention). 

Tantangan bisnis di era digital ditandai dengan maraknya disrupsi di sektor bisnis legacy, khususnya bagi perusahaan besar yang sudah mapan, bahkan melanda perusahaan yang sudah berusia ratusan tahun, yang mengalami tantangan yang serius dari kompetitor start-up, yang mampu memberikan penawaran barang, jasa atau solusi bisnis yang jauh lebih bernilai bagi pelanggan.

Kepemimpinan di era digital  sangat berbeda dengan era permulaan tahun 200-an, dimana saat itu bisnis berfokus kepada maksimalisasi nilai usaha eksisting. Kehadiran layanan internet telah membuat pengelolaan usaha berubah secara berarti, yang menuntut inovasi bisnis agar mampu menghadapi badai disrupsi di berbagai sektor bisnis. Pemilik bisnis harus segera merespons perubahan ini, gaya kepimpinan bisnis harus berubah!

Di era digital saat ini, para pemimpin bisnis harus memiliki dual engine business, dimana engine pertama bekerja menjalankan bisnis legacy secara efektif dan efisien, sementara engine kedua mengembangkan inovasi bisnis baru, yang akan menjadi mesin pertumbuhan usaha di masa depan. Kedua mesin usaha tersebut bekerja secara paralel dengan menggunakan teknologi digital sebagai platform usaha, khususnya memberdayakan big-data untuk memaksimalkan nilai bisnis eksisting dan menciptakan nilai bisnis baru melalui inovasi produk, layanan atau solusi bisnis baru.

Pengembangan bisnis baru dilakukan berdasarkan ekosistem bisnis, yang melibatkan pelanggan, pemasok, mitra kerja penyedia barang dan jasa, sistem integrator dan penyedia layanan teknologi digital. Semua pihak bekerjasama untuk memenuhi Customer Value Proposition, yakni menghasilkan nilai tambah yang berarti bagi pelanggan, sekaligus meningkatkan nilai bisnis bagi para pihak yang terlibat dalam ekosistem bisnis. Strategic Partnership menjadi faktor penting dalam menjalankan usaha dan menjadi bagian dari proses bisnis utama yang harus diadopsi perusahaan-perusahaan yang ikut dalam ekosistem tersebut. Dalam hal ini pemimpin perusahaan dituntut untuk memiliki visi dan strategi pengembangan usaha yang berbasis strategic partnership dan melakukan inovasi yang berkelanjutan serta kolaboratif.

Kepemimpinan di era transformasi digital membutuhkan para leader yang mampu bekerja efektif untuk mencapai tujuan bisnis jangka pendek namun sekaligus membangun bisnis masa depan secara bersamaan. Profil para leader yang tepat adalah sosok  yang memiliki gaya kepemimpinan  kolaboratif, memiliki kompetensi teknis dan bisnis masa depan, komunikatif dan mampu melakukan transformasi digital secara berkesinambungan. Dibutuhkan energi yang sangat besar para pemimpin untuk menjalankan kegiatan yang sangat menyita waktu, tenaga dan mencari sumber daya serta meyakinkan para stakeholder. Tidak heran, hanya sekitar 30% saja perusahaan yang berhasil melakukan transformasi (hasil dari kajian konsultan Mc.Kinsey).

Sebagai pemimpin yang bertanggungjawab menjalankan transformasi digital, seorang CEO harus memiliki keahlian :

  1. Mengembangkan strategi usaha jangka panjang, yakni tentang pengelolaan bisnis legacy dan bisnis baru yang akan dikembangkan
  2. Mengembangkan konsep perencanaan strategis di bidang teknologi, operasi dan pelayanan, organisasi dan HR serta keuangan perusahaan
  3. Mengembangkan konsep strategic partnership, model bisnis dan pendanaan proyek-proyek transformasi digital
  4. Meyakinkan dan mengajak para pihak, khususnya para karyawan, untuk bersama-sama menjalankan program transformasi digital perusahaan
  5. Memimpin pelaksanaan transformasi digital untuk jangka waktu yang lama dan mengendalikan semua permasalahan strategis yang terjadi
  6. Mengkomunikasikan secara efektif perjalanan transformasi digital perusahaan dan menampung aspirasi para karyawan
  7. Menjadi role model dalam pelaksanaan transformasi budaya perusahaan

Pelaksanaan transformasi digital bukan menjadi tugas CEO saja, namun merupakan tanggungjawab bersama para pemimpin perusahaan, baik para Direktur, Vice President, General Manager, Manager dan Supervisor, hingga setiap individu yang bekerja di lapangan.

Mari kita bentuk kepemimpinan di semua tingkatan agar mampu menjalankan transformasi digital di semua unit organisasi dan yang terutama adalah untuk mengajak serta menginspirasi semua insan perusahaan agar terlibat aktif dalam menjalankan transformasi digital perusahaan.